Mohon tunggu...
dr Agung Budisatria MM
dr Agung Budisatria MM Mohon Tunggu... Dokter - Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Joko, Ibu Kandung, dan Mertuanya

27 Agustus 2018   22:57 Diperbarui: 29 Agustus 2018   10:28 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat dilahirkan, apakah itu anak laki-laki dan perempuan tentunya lebih dekat pada ibunya. Hal ini disebabkan karena segala kebutuhan hidupnya tentu bergantung pada ibu. Mulai dari pemenuhan ASI, makan, mandi, mengganti baju, dan sebagainya. Akan tetapi, semakin bertambahnya usia, perbedaan kedekatan pada anak laki-laki dan perempuan pada salah satu orangtuanya terlihat lebih menonjol.

Sehingga ada pandangan di masyarakat bahwa anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ibu, sementara anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Apakah benar teori persilangan gender sehingga anak lelaki lebih dekat ke ibunya, dapat dilakukan analisis?

Seorang anak tentunya mencari dukungan dari orangtuanya. Akan tetapi, setiap kali anak laki-laki menangis saat terjatuh atau mengalami masalah, mereka akan memilih untuk lari ke ibunya untuk mencari perlindungan. Sosok ibu cenderung lebih menenangkan dan memanjakan, bukan menghakimi kesalahan anak.

Anak laki-laki cenderung takut atau segan mendekati sosok ayah, yang kebanyakan punya ekspektasi kurang realistis yaitu anak laki-laki harus kuat. Padahal, terlepas dari jenis kelaminnya, baik anak perempuan maupun laki-laki sama-sama membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang sama.

Itulah sebabnya anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya cenderung memiliki banyak teman di sekolah dan terhindar dari risiko depresi dan kecemasan. Pasalnya, mereka terlatih lebih mampu memahami perasaan orang lain, mudah untuk menjaga diri sendiri, dan lebih mudah mengendalikan emosinya. Hingga ia dewasa nanti, anak laki-laki akan terbiasa untuk menghormati wanita karena hubungannya yang erat dengan ibunya.

Nah setelah anak laki laki menikah dia tentunya akan bersama dengan isteri dan keluarganya. Trus bagaimana dengan ibunya? apakah laki laki ini akan terus dekat dengan ibunya? 

Alkisah Joko anak kedua dari tiga bersaudara, yang dekat sekali dengan ibunya saat kecil, karena sebagai satu satunya anak laki laki.  Akhirnya menikahlah Joko dengan wanita yang dicintainya. Karena begitu sayangnya kepada sang ibu, akhirnya kedua pasangan baru ini sepakat untuk memberikan rumah barunya yang sangat layak untuk di tempati ibu kandungnya Joko, katakanlah di Solo.  Rumah baru ini sangat layak untuk ditinggali ibunda di sisa sisa hari tuanya.

Akan tetapi ternyata ibunya terus menolak dan akhirnya malah memilih tinggal dirumah anaknya yang perempuan, begitu anak perempuannya memintanya.  Akhirnya dengan alasan bisa membantu merawat cucu-cucunya yang masih kecil, ibunda Joko lebih memilih tinggal dirumah adik perempuannya, dari pada bersamanya.  Cukup lama Joko menganalisa hal ini, tentu dengan hati yang sedih, karena ingin sekali beliau membahagiakan ibunya di masa tuanya dan tinggal bersamanya.  Sudah terbayang padahal jika ibunya tinggal bersamanya, akan traveling bersama, makan bersama, yang pasti Joko akan ganti merawat ibunya di masa tuanya.  Juga membebaskan ibunya dari tugas rumah tangga yang berat, seperti merawat cucu jika tinggal bersamanya.  Namun sang ibu yang dekat sekali dengan Joko saat kecil, akhirnya tetap memilih lebih dekat ke anak perempuannya, yang sama sama sudah menikah dan mempunyai 2 anak yang masih kecil.  Sempat terjadi konflik antara Joko dan saudara perempuannya, tetapi karena melihat ibunya bahagia tinggal bersama saudara perempuannya, akhirnya Joko memakluminya.

Teori  psikologi yang ada mengatakan bahwa seorang  ibu merasa tidak nyaman jika harus tinggal dengan anak laki lakinya yang sudah menikah, karena ada "saingan" anak mantu perempuannya (isteri Joko), dan akan merasa lebih aman jika tinggal bersama anak perempuannya walau harus ikut "mengurus" cucu-cucunya lagi.  Problem yang timbul biasanya karena menurut saudara ibunya Joko yang kurang mengerti kondisi ini, misal koq sekarang Joko menjadi kurang perhatian ke ibunya, jarang berkunjung ?"  atau " harusnya Joko tetap mensuplai rutin kebutuhan ibunya dong"

Joko sendiri beralasan kesibukan yang amat sangat sehingga jarang berkunjung dan ibunyapun sudah tinggal bersama saudara perempuannya, sehingga sudah seharusnya segala kebutuhan ibunya terjamin.  Padahal saat joko pulang dari liburan entah keluar negeri atau dalam negeri biasanya selalu membawa oleh oleh buat ibunda dan adik perempuannya. Walau tidak sering berkunjung memang. Tapi itulah ibu memang lebih nyaman berada dekat anak perempuannya dibanding anak laki lakinya setelah anak anaknya menikah. 

Dan hal inilah yang harus dimengerti juga oleh keluarga besar ibunya (sebutlah misal keluarga Martawilaja), terlebih saat Joko terlihat lebih sering pergi bersama mertuanya di bandingkan dengan ibu kandungnya sendiri. Karena sebagai sang suami tentunya Joko akan lebih dekat bersama keluarga isterinya, karena itu tadi, kembali bahwa, sang mertua Joko juga pasti akan lebih nyaman bersama anak perempuannya yang juga isteri dari Joko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun