"Seorang pendiri meninggalkan jejak yang paling abadi, ketika ia menanamkan jiwa, menumbuhkan pemaknaan, dan mengantar penerus menuju visi bersama yang tajam dan menyala"
Seringkali saya kagum, bila melihat ada perusahaan yang kokoh berdiri selama puluhan tahun. Lalu, rasa keingingtahuan itu muncul. Bagaimana mereka membangun hingga sebagus ini, dan cukup kokoh meski gonjang-ganjing perekonomian saat ini dikabarkan ini dan itu.
Ternyata, ada 3 kekhasan yang saya catat pada diri mereka. Mereka berani mengambil risiko, membangun dari nol, dan terus merawat dengan semangat dengan sepenuh hati.
Namun seiring waktu, usia dan tenaga para pendiri pun mulai jadi bahan pemikiran berulang. Pertanyaan besar mulai mengetuk pintu para pendiri ini: "Bagaimana perusahaan ini akan diwariskan". Namun, yang lebih penting lagi sebenarnya adalah, "Siapa orang yang tepat yang akan melanjutkan semua ini?"
Saya pun sering menemukan di lapangan, mereka para pendiri perusahaan yang kini berusia 55 tahun ke atas, selalu memikirkan ini. Bagi mereka, suksesi bukanlah topik baru, namun masalah utamanya sebenarnya bukan itu. Tapi, mengapa kerap menjadi topik yang mereka tunda. Atau, mereka selalu disibukkan dengan peluang, dan tuntutan layanan yang penuh dinamika?
Padahal, senyatanya, suksesi kan bukan hanya menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi kedua. Kepada yang muda. Lebih dari itu, suksesi adalah proses strategis, penuh pertimbangan, yang jika salah langkah, bisa membuat perusahaan kehilangan arah. Kehilangan nilai, bahkan "jiwa" perusahaan yang selama ini telah dibangun dengan jungkir balik dan pengorbanan yang panjang.
Mengapa Banyak Proses Suksesi Gagal?
Dalam banyak kasus, tak jarang saya justru prihatin juga melihat mereka. Mengapa? Karena mereka terlalu fokus pada siapa yang menggantikan. Dan terlebih, mereka pun lupa pada hal yang jauh lebih penting dan strayegis: bagaimana transisinya dijalankan.
Alih-alih sekadar menunjuk penerus, faktanya proses suksesi perlu melibatkan desain sistematis dan pendampingan menyeluruh. Bukan hanya untuk penerus, tapi juga untuk perusahaan sebagai sebuah ekosistem. Selain itu, warisan terbaik dari seorang pendiri bukanlah struktur yang ditinggalkan, melainkan jiwa yang diteruskan dengan kesadaran, cinta, dan komitmen. Dari titik ini, di sinilah kebutuhan akan kehadiran seorang ahli yang memiliki kemampuan lintas peran menjadi sangat vital.
Ia, diharapkan bisa membantu semua proses ini dengan baik, apik, tertata, dan smooth.
Tujuh Persona Strategis: Pilar Utama dalam Suksesi yang Berhasil
Satu orang ahli, mungkin tak bisa menjadi semuanya. Tapi, setidaknya proses suksesi idealnya didampingi oleh seorang expert yang mampu mengintegrasikan peran-peran berikut ini secara strategis:
Mari kita bahas satu per satu secara ringkas