Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata Bencana: Antara Kemanusiaan, Ilmu Pengetahuan dan Cuan

3 Desember 2022   16:35 Diperbarui: 3 Desember 2022   16:43 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto (AFP/Aditya Aji) 

Dark tourism dan disaster tourism di kawasan area terdampak bencana, seolah kembali terulang di area bencana gempa bumi di Cianjur. Bagi orang yang sehat mentalnya, tentu saja hal yang berkonotasi kelam dan bencana, tak sepatutnya jadi sebuah objek wisata. Meski ini tidak terorganisir dan terjadi secara spontan, namun tetap saja dark tourism dan disaster tourism memberi dampak ketidaknyaman pada semua pihak. Khususnya saat tahapan tanggap darurat di suatu lokasi bencana.

Saya sendiri kaget dan tak habis pikir, dengan apa yang saya lihat sendiri di depan mata. Di beberapa titik area bencana yang berbeda, banyak orang yang melakukan wisata bencana. Saat itu saya sedang membantu menyalurkan sedikit bantuan pada korban di area bencana alam gempa bumi di Cianjur.

Para pencari selfie ini sunggur "ruar biasa". Mereka datang hanya untuk melihat-lihat saja, lalu mengabadikan momen kejadian di area bencana itu dengan foto dan videonya. Bergantian mereka pun saling memfoto, atau berswafoto tak habis-habisnya. Yang miris, mereka lakukan itu sambil tertawa-tawa cekikikan. 

Banyak warga terdampak dan orang-orang yang melihat jadi geram, saat melihat banyak orang yang datang hanya foto-foto semata demi konten. Apakah mereka itu sudah melakukan donasi, atau cari follower saja ? Sungguh, itu benar-benar jadi tempat yang tidak biasa untuk foto turis.

Sejumlah netizen yang berempati pun mengeluhkan itu, "Saya menyaksikan banyak orang orang bermobil. Turun dan hanya foto rekam posting saja", "Konten oh konten...jadi banyak orang gk waras gara2 konten", dan "Sosmed membuat orang kehilangan empati !"

Wisata bencana sungguh bisa mengganggu dan membahayakan semua pihak. Seperti bisa mengurangi area dan ruang kerja tim evakuasi maupun distribusi logistik. Selain itu, kekhawatiran terjadinya bencana susulan itu bisa membahayakan keselamatan jiwa orang-orang yang berada di area itu. Baik karena longsoran maupun gempa susulan mengingat struktur tanah masih labil dan bisa membayakan semua orang.

Dampak lain, wisata bencana juga jadi kendala paling berdampak pada kecepatan penanganan evakuasi & mobilisasi relawan serta logistik. Selain karena medan yang berisiko dan cuaca, jalan yang sempit jadi kian sempit dan terjadi kemacetan panjang. Ini sungguh benar-benar mengganggu dan membahayakan, terutama yang membutuhkan pertolongan dan pananganan medis segera. Masyarakat membludak menonton area bencana dan proses evakuasi. Sementara akses jalan terbilang terbatas dan sempit, sehingga lalu lintas pun jadi padat dan tersendat. Jarak tempuh yang bisa dijangkau 15 menit, dikeluhkan bisa jadi 2 jam lamanya.

Kini kita perlu menyadari sepenuhnya, bahwa semua pihak harus memahami untuk senantiasa mengedepankan keselamatan dan kebaikan bersama. Karena itu, masyarakat diminta untuk memiliki dan meningkatkan rasa empati dan menahan diri untuk mendatangi lokasi bencana, kecuali dengan tujuan membantu. Bukan selfi-selfian.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah meminta masyarakat tak lakukan wisata bencana di area korban gempa Cianjur. Sementara BNPB sendiri pun sudah meminta untuk kesekian kalinya dan mengingatkan pihak yang tidak berkepentingan agar menahan diri untuk tidak berbondong-bondong ke lokasi bencana dan tidak memasuki wilayah-wilayah terdampak gempa.

Wisata Bencana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun