Mohon tunggu...
Agung Kresna Bayu
Agung Kresna Bayu Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Fisipol UGM

Mengolah keseimbangan intelektual antara logika dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluar(ga)

31 Mei 2020   13:30 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:34 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: materibelajar.co.id

Keluarga, apa sih yang muncul di benak kita saat mendengar kata ini pertama kali?, sebuah hubungan harmonis karena ikatan darah atau sebatas tempat untuk bertemu di momen perayaan hari besar dan hajatan tertentu? Bagi sebagian orang mungkin pertemuan dengan keluarga adalah hal yang dirindukan, sekadar untuk melepas kangen atau bertanya kabar. 

Bagi sebagian lainnya, tidak jarang  momen pertemuaan ini sebagai tempat untuk membagikan cerita besar kesuksesaanya atau sekadar memarken kekayaannya. Namun, sebelum kita bercerita kembali soal keluarga ada baiknya kita mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan keluarga.

Keluarga sering diidentikan dengan sekumpulan orang banyak yang masih memiliki keturunan darah dari leluhur yang sama, biasanya ini disebut dengan keluarga besar. Namun, keturunan dari leluhur itu, juga memiliki keluarga sendiri berdasarkan ikatan batin yang diresmikan melalui pernikahan atau sering disebut sebagai keluarga kecil. Hal ini memberikan arti, bahwa keluarga besar adalah kumpulan dari beberapa keluarga kecil. 

Seiiring berjalannya waktu, keluarga kecil ini dapat menjadi keluarga besar kembali, saat masing-masing anggotanya membentuk keluarga kecil kembali. Artinya, proses pembentukan keluarga ini tidak serta merta hanya didasarkan keturunan darah, tetapi ada---tujuan, maksud, peran---yang ingin dilakukan.

Sedikit mundur sebelum membentuk keluarga kecil, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menikah. Nah, pernikahan sendiri beda dengan perkawinan, karena pernikahan diakui saat ada surat nikah, begitu pun keluarga yang diakui sebagai keluarga saat ada kertu keluarga. 

Dari sini, kita memahami bahwa pemberi arti menikah dan keluarga dilakukan oleh negara dengan legalitas hukumnya. Tetapi, keluarga juga menjadi bagian dari negara untuk Ia disebut sebagai negara oleh otoritas lainnya. Ini memberikan makna, bahwa terdapat tahapan, dimana pada masing-masing tahapan berpengaruh terhadap tahapan sebelumnya dan sesudahnya, sehingga menjadi proses yang bersifat timbal-balik dan saling memengaruhi. 

Hal ini mengartikan bahwa dari sebuah tatanan yang besar sampai pada tatanan kecil memiliki hubungan. Artinya apa?, bahwa apa yang terjadi di keluarga juga bagian dari yang terjadi di negara dan apa yang terjadi di negara juga bagian dari yang terjadi di dunia.

Dalam hubungan berkeluarga, proses konflik dan damai adalah hal yang lumrah, karena tidak mungkin juga suatu hubungan/relasi akan berjalan mulus tanpa halangan. Tetapi, menarik itu kita lihat mengapa terjadi hal itu? 

Saat kita melihat bagian dari keluarga, maka terdiri dari orang-orang, dimana Ia juga memiliki hubungan dengan banyak orang dan kelompok dalam proses menjalani hidup. Artinya, nilai dan pengetahuan yang ada di setiap orang adalah bagian dari nilai dan pengetahuan dari banyak individu dan kelompok baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan denganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun