Mohon tunggu...
Agung Hariyadi
Agung Hariyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.agunghariyadi37.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banyuwangi Etno Carnival, Karnaval Budaya Nuansa Kontemporer

23 Oktober 2011   05:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyuwangi Ethno Carnival. TEMPO/ Ika Ningtyas

Hari sabtu kemarin tanggal 22 oktober 2011, Kabupaten Banyuwangi menggelar hajatan karnaval budaya-nya yang pertama. Karnaval yang diberi nama " Banyuwangi Etno Carnival " merupakan karnaval yang bertujuan menganggkat seni budaya Banyuwangi dengan kemasan kontemporer. Pada acara tersebut, para peserta bebas memodifikasi pakaian yang bertema 3 kesenian yang berkembang di Banyuwangi. Ketiga kesenian tersebut adalah Gandrung, Damarwulan dan Kundaran.

Pemkab Banyuwangi mengadakan event ini selain untuk melestarikan budaya asli Banyuwangi, juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan ke Banyuwangi. Berkaca dari keberhasilan Jember Fashion Carnival yang telah berlangsung selama 10 tahun, Pemkab Banyuwangi menggandeng EO JFC yang dipimpin Dynand Fariz sebagai konsultan acara tersebut untuk selama 3 tahun.

liputan6.com

Meski dibayangi pro dan kontra dari sejumlah pegiat seni Osing baik yang tinggal di Banyuwangi maupun yang menetap di sejumlah kota, acara ini akhirnya tetap berjalan. Acara yang dimulai pukul 12.30 tersebut sukses menampilkan 420 kontestan yang terbagi dalam 3 katageri.

Dalam sambutannya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan even karnaval ini digagas untuk menjembatani kesenian tradisonal dan modern supaya bisa lebih diterima oleh kalangan internasional. Anas berharap kedepannya even ini mampu mengkreasi kesenian Banyuwangi dengan landasan ketiga kesenian yang menjadi basic acara ini diadakan.

Namun, kata Bupati, konsep BEC berbeda dengan JFC. BEC, jelas dia, berakar dari kesenian tradisional yang tidak dimiliki oleh Jember. "Konsep BEC memadukan antara kreasi kostum dan gerak tari," katanya seperti dikutip dari Tempo interaktif.

Acara kemarin dibuka oleh pagelaran tarian gandrung Banyuwangi. Tarian ini menurut sejarahnya dalah tarian yang dikreasi dan diciptakan sebagai wujud perlawan rakyat Balmbangan/Banyuwangi dalam melawan penjajahan Belanda. Pada acara pembukaan tersebut, penari yang tampil sejumlah 119 orang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan pelajar sampai dengan para penari senior. Kostum kreasi mereka didominasi warna hitam dan merah.

Setelah penari gandrung, di belakangnya menyusul penampilan kesenian damarwulan atau disebut juga jinggoan. Kesenian ini merupakan adaptasi dari epos cerita " Minak Djinggo Vs Damarwulan " Yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Banyuwangi. Pada barisan ini warna pakaian kreasi peserta di dominasi warna biru, merah dan Hitam.

Sementara di barisan terkahir adalah kesenian kanduran. Kesenian ini berkembang bersamaan masuknya ajaran islam ke Bumi Blambangan. Pada awalnya para penari kanduran adalah pria, namun seiring berjalannya waktu, tarian ini dibawakan dengan apiknya oleh kaum wanita.

Untuk peserta, panitia melakukan seleksi dari berbagai sekolah dan instansi yang ada di Banyuwangi. Setelah peserta berhasil lolos seleksi, acara dilanjutkan dengan workshop dari panitia. Para peserta yang tampil rata-rata butuh waktu 2-3 minggu untuk mengkreasi costum yang mereka pakai di acara karnaval budaya pertama tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun