Mohon tunggu...
Agung Dewantara
Agung Dewantara Mohon Tunggu... Penulis - Agung dewantara

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sesat Pikir Masyarakat terhadap Perkembangan Pandemi Covid-19

20 Januari 2021   19:40 Diperbarui: 20 Januari 2021   19:45 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SESAT FIKIR MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN COVID 19

    Tahun ini bisa diibaratkan tahun penuh kepanikan, kecemasan dan ketakutan bagi seluruh penduduk dunia. Bagaimana tidak, dimana hampir di seluruh belahan di dunia terkena dampak dari adanya khasus virus baru yang dikenal dengan virus corona tau biasa disebut covid 19. Virus yang pertama ditemukan di sebuah kota di Tiongkok, tepatnya di kota Wuhan. Virus yang gejalanya hampir mirip dengan flu ini, menyebar begitu cepat dan telah menewaskan hampir 100 orang perhari.

    Beberapa spekulasi bermunculan, ada yang menyebutkan bahwa virus ini berasal dari penjualan hewan liar untuk dikonsumsi, dalam hal ini kelelawar, yang banyak dikonsumsi oleh penduduk disana. Hal Ini bisa terlihat dari adanya pasar penjualan hewan tersebut Wuhan, yang banyak dikunjungi pembeli,  sebagai imbas dari tren untuk mengkonsumsi makanan-makanan ekstrim. Ini pula yang menjadikan sebuah tantangan tersendiri untuk mencoba menjadikan hewan tersebut sebagai bahan makanan.

   Namun ada juga yang berspekulasi, bahwa virus ini berasal dari kebocoran di sebuah laboratorium di Wuhan. Seperti diketahui, Tiongkok membangun sebuah laboratorium yang diklaim sebagai laboratorium terbesar di seluruh Tiongkok, yang didirikan khusus untuk meneliti virus. Ada ratusan virus yang diteliti disana. Dan bukan suatu kebetulan juga, yang letaknya sangat berdekatan dengan pasar hewan tersebut. Dengan penyebaran yang sangat cepat dan mematikan tersebut, maka virus corona yang awalnya hanya sebagai epidemi, kini berubah sebagai Pandemik, dimana penyebarannya sudah menjadi global ke hampir seluruh bagian dunia dalam waktu yang sangat cepat.

   Lalu apa yang menyebabkan virus ini sangat berbahaya ? Kita akan membahasnya secara terperinci. Virus ini menyebar melalui, yaitu air liur atau ingus dan lendir dari tenggorokan. Saat tetesan air liur atau ingus ini mengenai tangan, maka dipastikan virus ini akan menyebar dengan sangat cepat. Dimana saat tangan kotor, menyentuh area muka, baik itu mulut dan hidung, kemudian menyentuh tempat-tempat yang lain, baik itu kontak fisik, barang-barang berbahan kain, besi, kogam, kaca, dan benda benda lain semacamnya, maka virus yang semula menempel di badan, ikut pula berpindah dan menempel pada benda-benda yang kita pegang.

    Berapa lama waktu yang dibutuhkan virus tersebut untuk bertahan hidup di antara barang-barang tersebut, tergantung dari jenis benda nya sendiri. Jika berbahan dasar besi, virus akan bertahan selama kurun waktu 4-8 jam, begitu juga dengan benda-benda yang berbahan dasar kaca, alumunium, kertas, kayu dan plastik. Masing-masing mampu bertahan selama 4 hari pada kaca, 4-8 jam pada almunium, 4-5 hari pada kertas dan 4 hari pada kayu dan 5 hari pada plastik.

   Informasi seputar fakta virus corona menjadi sebuah poin penting yang mempengaruhi penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Fakta ini kerap tertutupi oleh mitos yang akhirnya membuat masyarakat suatu wilayah rentan terpapar virus corona dan akhirnya terjangkit Covid-19.Dalam kasus yang lebih parah, penularan bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat sehingga jumlah pasien positif di wilayah tersebut pun meningkat yang pada akhirnya membuat penanganan menjadi kian sulit.

     Masyarakat perlu memahami fakta virus corona dan memisahkannya dari mitos yang justru menyesatkan,  khusus di situsnya yang merangkum mitos dan fakta virus corona bagi masyarakat.Bukan cuma masyarakat awam yang mesti mengetahui informasi ini, tapi juga para tenaga medis. Terutama tenaga medis yang tak berkaitan langsung dengan penanganan corona. Hal ini penting karena penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona merupakan jenis baru. Para ilmuwan masih terus melakukan penelitian lebih lanjut guna memami secara menyeluruh virus dan penyakit corona atau covid 19.

  Sangat dipahami, hampir tak ada orang yang mau dengar kabar buruk dari suatu kondisi. Termasuk di masa pandemi virus corona sekarang ini. Menyerap fakta atau potret yang sebenarnya kerap dianggap lebay. Sedangkan, tahu yang "baik-baik" saja meski semu justru dianggap wajar. Karena itu, terjadilah logical fallacy alias sesat pikir.

Apa Itu Logical Fallacy saat Pandemi COVID-19?

   Dilansir akun Instagram @PandemicTalks, logical fallacy atau sesat pikir pada masa pandemi terjadi ketika seseorang memikirkan, membuat logika, dan memproses berbagai informasi dengan tidak sistematis atau berurutan. Akibatnya, pada akhirnya tidak memproduksi kesimpulan yang jelas. Nah, kondisi tersebut bisa terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja demi menyelesaikan diskusi dan argumen yang kurang kuat. Keadaan seperti itu sebenarnya tidak baik. Hal ini karena dapat menghambat penyampaian sains dan medis tentang kewaspadaan di masa pandemi COVID-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun