Tahun pelajaran semester genap, sudah bejalan 1 bulan, tugas demi tugas terus bergulir pada setiap pelajaran. Bagaiman mensiasati agar tidak tertunda, apalagi pembelajaran jauh ini mengandalkan  sinyal internet yang aman. Biasanya ada keluhan dari peserta didik yang bertempat tinggal di pelosok desa,di tengah hutan, tapi untuk menelepon masih bisa. Dengan HP android yang mumpuni. Belum lagi faktor alam misalnya:saat hujan, mendung tebal, angin kencang/badai di awal tahun ini.  Belum lagi harus membantu orang tua, entah itu di sawah, mencari tugas/pekerjaan tambahan, agar dapur tetap mengebul dan ekonomi keluarga tetap sejahtera. Penulis merasa salut sekaligus prihatin dengan keadaan tersebut, karena mereka berada di keluarga yang sederhana dan pas-pasan. Masih harus bekerja di saat jam pembelajaran berlangsung. Kemudian banyak diantara para peserta didik ini yang menunda tugasnya, lupa mengatur waktu. Lebih cepat memegang uang yang banyak setiap akhir bulannya. Sampai panggilan orangtua dan peserta didik belum bisa menerima raportnya. Sebagai guru tak bosan-bosannya untuk mengingatkan satu persatu dengan sabarnya. Terbersit di benak penulis ada kata ini" prokrastinasi"
Apa arti Prokrastinasi?
Prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu "pro" yang berarti "maju", ke depan, lebih menyukai dan "crastinus" yang berarti "besok" (Steel, 2006). Jadi dari asal katanya prokrastinasi adalah lebih suka melakukan tugasnya besok. Orang yang melakukan prokrastinasi disebut sebagai prokrastinator. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk.
Dalam psikologi, prokrastinasi berarti tindakan mengganti tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting pun tertunda. Psikolog sering menyebut perilaku ini sebagai mekanisme untuk mencakup kecemasan yang berhubungan dengan memulai atau menyelesaikan tugas atau keputusan apapun.[1] Schraw, Pinard, Wadkins, dan Olafson menetapkan tiga kriteria agar suatu perilaku dapat dikelompokkan sebagai prokrastinasi: harus kontraproduktif, kurang perlu, dan menunda-nunda.[2]
Prokrastinasi dapat mengakibatkan stres, rasa bersalah dan krisis, kehilangan produktivitas pribadi, juga penolakan sosial untuk tidak memenuhi tanggung jawab atau komitmen. Perasaan ini jika digabung dapat mendorong prokrastinasi berlebihan. Meski dianggap normal bagi manusia sampai batas tertentu, hal ini dapat menjadi masalah jika melewati ambang batas normal. Prokrastinasi kronis bisa jadi tanda-tanda gangguan psikologis terpendam.
Menurut Ferrari et.al (1995) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang yaitu 1).prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan 2). Prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait dan  penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irrasional 3). Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait.
Di sekolah  cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi di kalangan peserta didik/ mahasiswa.  Menurut Ferrari et al (1995), sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu dan diamati melalui ciri-ciri tertentu berupa :
*Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi
*Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.
*Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual
*Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-jalan, dll)