Ketiga kriteria pahlawan milineal di atas diharapkan dapat meminimalkan ekses dari kemajuan teknologi informasi yang tanpa sadar mulai menggerogoti nilai, etika, maupun norma yang selama ini menjadi panduan masyarakat kita dalam berinteraksi. Seringkali ada kesenjangan atau kesalapahaman yang terjadi antar generasi dalam memahami atau merespon sebuah situasi. Misal, bagaimana menempatkan relasi yang tepat antara orangtua dengan anak, murid dengan guru atau mahasiswa dengan dosen, pelanggan dengan pemilik usaha, pemimpin dengan yang dipimpin dan lainnya. Hal lainnya, karena semua serba cepat, penghargaan terhadap proses menjadi minimalis. Padahal kemerdekaan yang sekarang diraih atau teknologi yang sekarang dinikmati adalah hasil ratusan tahun usaha para pahlawan dan ribuan kali percobaan yang gagal.
Ujungnya, pahlawan milineal yang hidup di negara bernama Indonesia, harus siap merawat dan menghargai nilai-nilai keindonesian sebagai filter terhadap perubahan yang terjadi. Nilai-nilai keindonesiaan ini bukan sebatas ikatan kewarganegaraan, namun, di dalamnya hadir standar moral, budaya, sejarah, dan kemajuan bangsa sebagai perekat persatuan dan kesatuan antar anak bangsa.