Pertengkaran dalam rumah tangga, hal yang sangat wajar terjadi. Berlaku di rumah tangga manapun, tak peduli strata atau kasta. Mau keluarga berpunya atau biasa- biasa saja, mustahil perselisihan sama sekali tiada.
Karena perjalanan rumah tangga tidak sebentar, berlaku sepanjang hayat dikandung badan. Demikian keinginan ideal setiap pasangan, biarkan hanya maut yang memisahkan.
Namun perlu disadari, hidup bersama sepanjang hayat butuh perjuangan. Mengingat suami istri, tetaplah dua pribadi yang berbeda. Lahir dan dibesarkan, dari latar belakang, lingkungan, pergaulan pun didikan yang tidak sama.
Suami istri, tadinya orang lain tidak saling mengenal. Kemudian takdir mempertemukan, berkomitmen mengikatkan diri dalam tali pernikahan. Asal muasalnya memang sudah berbeda, maka adanya perselisihan suami istri tak bisa dihindarkan.
Percaya dengan saya, se-alim suami dan atau istri dijamin pernah berselisih. Namanya perbedaan pendapat, sebuah kewajaran tak terhindarkan. Jangan dibesar-besarkan, jangan diterus- teruskan.
Sepenuhnya kembali ke pasangan tersebut, bagaimana keduanya menyikapi. Belajar mengelola perbedaan, sehingga menjadi bahan baku untuk memupuk kebersamaan.
Pernikahan, mengajarkan seni mengelola perbedaan. Seni tarik ulur ego pasangan, demi kebaikan bersama. Apalagi kalau sudah ada anak, biasanya ego suami istri terkikis dengan sendirinya. Rela mengalah demi anak, buah hati butuh keteladanan.
Maka pertengkaran suami istri, seharusnya tidak satu pihak yang menang. Baik suami maupun istri, menemukan diri dalam kebaruan sikap dan pikiran.
----