Saya sangat mendukung semua mimpi setiap pasangan, dan berharap tak gentar dengan segala ujian dan cobaan.
Apakah semua bisa berjalan seideal itu?
Tidak sedikit pasangan tumbang di tengah jalan, dengan aneka alasan yang membuatnya menyerah. Dan kemudian (lagi-lagi) memaklumi, bahwa jodohnya sampai di titik itu.
Menikah adalah Kesempatan Mencintai dengan Sepenuh Kesadaran
Akhir pekan lalu, Ketapels (Kompasianer Tangerang Selatan) mendapat undangan peluncuran buku "Cerita Sebelum Bercerai" karya Fahd Pahdepie. Acara yang digelar di Gramedia Teras Kota BSD ini, membahas suka duka dalam membangun rumah tangga.
Dan ada satu kalimat nara sumber yang menurut saya menarik, yaitu bahwa menikah adalah belajar "mencintai dengan sepenuh kesadaran".
Cinta dengan kesadaran, yaitu mencintai dengan akal sehat dan sesuai porsinya alias tidak membabi buta seperti masa puber.
Ujian dalam perjalanan pernikahan adalah, bagaimana bisa mempertahankan perasaan yang sama, dengan kali pertama menyatakan cinta.
Hal ini saya yakin tidak mudah, karena seiring berjalannya waktu satu demi satu watak asli pasangan akan terungkap baik sengaja maupun tidak.
Fase penyesuaian (biasanya pada) lima tahun pertama pernikahan, kalau tidak konsisten dan berkomit, apa yang semua dimaklumi berubah akan dipermasalahkan.
Sikap mertua yang galak, mendadak akan menjadi masalah besar dan memicu keributan (padahal sebelumnya tidak masalah).