Sejak malam itu, pandangan dan sikap saya terhadap tokoh ini mulai bergeser. Saya melihat, sepintar apapun seseorang, bisa berbuat khilaf. Keterkenalan tidak menafikan, keberadaannya sebagai orang biasa. Kepintarannya tetap saya apresiasi, tetapi seperlunya tidak dengan puja puji.
Akhirnya, saya termasuk orang, bersikap tidak berlebihan terhadap public figure. Tidak terlalu antusias mengajak berfoto dengan orang terkenal. Sesekali memang ada, itupun foto ramai --ramai dengan teman.
Jangan Nyinyir di Sosmed, Urusan Rumah Tangga Orang
Sudah lama, saya tidak pasang ekspektasi tinggi, terhadap ustad, budayawan, tokoh agama atau pesohor lainnya. Makanya saya (nyaris) tidak ikut patah hati, ketika orang termasyur sedang (katakan) kepleset dalam pilihan keputusan hidupnya.
Termasuk saat ada tokoh, yang bersepakat memilih bercerai, atau berpoligami atau keputusan apapun terkait rumah tangga. Menurut saya, mereka juga manusia biasa. tidak ada yang aneh dan semua wajar saja adanya.
Menurut saya, pernikahan masuk ranah privat. Kita orang luar, dijamin tidak mengetahui duduk permasalahan. Jangan ikut-ikutan nyinyir dan atau menjelekkan, karena ada hukum sebab akibat (atau karma) yang berlaku di kehidupan ini.
Kita tidak pernah tahu, apa yang bakal terjadi besok dan besoknya lagi. Lebih baik menjaga perkataan (baca cuitan), agar ucapan itu tidak berbalik pada diri sendiri. Mudah mengumpat, mudah berujar cacian, cerminan yang ada di dalam diri.
Mengagumi public figure tidak dilarang, tetapi sewajarnya saja dan pada porsi secukupnya. Agar tidak gampang patah hati, kalau yang dikagumi berbuat tidak berkenan di hati.
Mari sudahi berkomentar buruk di sosmed, sebaiknya kita urus dengan baik keluarga sendiri. Jangan buang buang waktu dan energi, untuk nyinyir di sosmed perihal rumah tangga orang lain. Sebagai manusia biasa, kita belum tentu baik di mata orang lain.
Semoga bermanfaat.