"Kalau  mau dikabulkan hajat, Jangan doa, Ya Alloh kalau project X goal, saya janji mau kasih emak uang sejuta. Tapi nadzarnya musti dibalik, kasih dulu uang ke emak (semampunya), baru berdoa agar project X dilancarkan" UYM
Suatu hari, saya pernah menyimak Tausiyah Ustadz Yusuf Mansyur (UYM), perihal algoritma rejeki, sang ustads mengajak jamaahnya berpikir anti mainstream. Saya pikir memang benar juga, konsep memberi bagi kebanyakan kita, adalah setelah punya (misalnya) uang berlebih baru akan memberi.
Lebih lanjut UYM menyampaikan (lebih kurang), "Kalau setelah punya (uang) baru memberi itu biasa, yang luar biasa itu memberi pada saat kita belum berpunya. Justru pemberian sebelum kita punya (uang), Â akan memancing datangnya rejeki lebih besar"
Sungguh, kala itu saya merasa beruntung, bisa menyimak tausiyah UYM dan tercerahkan dengan materi yang mampu merubah mindset saya tentang algoritma rejeki.
Karena penasaran, akhirnya saya praktekkan sendiri, (kala itu) pada saat sedang berangkat meeting ke sebuah perusahaan, saya sempat berhenti di pinggir jalan dan memberi tukang sapu. Benar saja, sampai di tempat pimpinan perusahaan buru-buru ada urusan mendadak, sebelum berangkat saya diberi waktu beberapa menit, ajaibnya tanpa basa basi pimpinan langsung nego harga dan akhirnya deal.
Ya Alloh, saya takjub dengan kenyataan terjadi, tanpa perlu berlama-lama (di hari yang sama), saya membuktikan tausiyah UYM
Hari ini jalan hari ke 17, event Samber THR (Satu Bulan Bercerita- Tebar Hikmah Ramadan) di Kompasiana berlangsung. Bagi saya, Samber THR 2019 adalah kali kedua yang saya ikut (Samber THR baru dua kali diselenggarakan). Samber THR tahun lalu, dengan tertatih-tatih saya ikut menyelesaikan tantangan menulis selama 33 hari penuh. Lebih-lebih, kalau sedang ada pekerjaan lain, saya dituntut pintar mengelola waktu, agar tantangan menulis tidak melewati tenggat ditentukan (pukul 23.59 setiap hari)
"Enggak, suka bingung, nulis ditentuin tema" jawab teman ini.
Menulis saban hari dengan tema ditentukan, memang tantangan tersendiri. Saya 'memaksa' diri menggali ide, terutama tema kurang dikuasai. Ternyata tidak saya saja, Kompasianer lain mengatakan hal yang sama, baik ketika ngobrol tatap muka atau melalui chating.