Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Orang yang Sudah Selesai dengan Urusannya Sendiri

19 Juni 2018   07:21 Diperbarui: 19 Juni 2018   10:05 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana sholat Idul Fitri -dokpri

Bulan suci Ramadan, baru saja meninggalkan kita dalam hitungan hari. Namun kesan tersimpan, masihlah mendalam bagi para perinduNYA. Entah disuka ataupun tidak, entah dijalankan atau diabaikan, tidak akan mengusik kemuliaan bulan Ramadan. Bebas setiap orang menyikapi bulan suci, sesuai kemampuan dan sejauh batas pemahaman meresapi.

Saya yakin, tidak sedikit umat muslim sepenuh hati menjalankan ibadah puasa. Menjaga setiap moment Ramadan, dengan bertafakur dan senantiasa mengoreksi diri. Mungkin juga ada sebagian, menjalankan puasa dengan setengah - setengah saja. Puasa sebatas menahan lapar dan haus, selebihnya (ucapan, sikap) tidak mampu menahan.

Atau bisa jadi kita dapati, (beberapa) saudara muslim belum tergerak menjalankan puasa. Masih punya jadwal ke warung makan di siang hari, memesan dan menyantap menu digemari. Lima kali sehari adzan berkumandang, sekedar terdengar di telinga namun tidak menyambut ajakan sholat.

Sungguh persoalan ibadah (apalagi puasa), menjadi ranah yang sangat-sangat personal. Tidak bisa dipandang dengan mata telanjang, dinilai dari apa yang tampak di permukaan saja. Ibadah puasa memang sangat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, mustahil orang lain tidak bisa menelisik lebih mendalam.

Kalau mengucap dua kalimat syahadat, menjalankan sholat, membayar zakat dan pergi berhaji ke tanah suci, masih bisa disaksikan orang lain.   Beberapa contoh ibadah disebutkan, sangat mudah disisipi niat-niat tertentu. Orang yang sedang umroh atau berhaji, sangat bisa selfie di pelataran masjid Nabawi dan atau di depan Kabah. Orang yang sedang taraweh atau membayar zakat, sangat bisa mengunggah kegiatan sedang dilakukan ke medsos.

Tapi tidak dengan puasa, orang lain tidak bisa menilai dari penampakan di luar saja. Seperti badan yang lemas, bibir yang kering, muka yang pucat, tidak serta merta menjadi indikasi puasa. Orang yang selesai makanpun, sangat bisa berlagak lesu di hadapan orang lain. Ibadah puasa sifatnya sangat pribadi, hanya menjadi urusan pelakunya dengan pemilik otoritas pahala puasa.

Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda " Semua amal Bani Adam akan dilipatgandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, 'kecuali puasa, maka ia untuk-KU dan AKU yang akan memberikan pahala.'

Menengok beberapa status di beranda medsos, ada beberapa teman Kompasianer belum bisa move on. Apakah ini penanda puasanya berhasil ? sekali lagi, kita tidak bisa menelisik lebih jauh. Namun, semoga sikap belum bisa berpaling dari Ramadan, menjadi alarm untuk merawat kekhusyukan ibadah hingga sebelas bulan ke depan.

Bagi yang ingin merangkai dengan puasa sunah, bisa melanjutkan dengan 6 hari puasa syawal (tidak harus dijalankan secara berturut-turut). Puasa sunah di bulan syawal, Insyaallah menggenapkan pahala satu bulan puasa di bulan Ramadan.  

Orang yang Selesai dengan Dirinya Sendiri

Sepanjang waktu di bulan Ramadan, tebaran hikmah terhampar nyaris dalam keseharian. Lima waktu menegakkan sholat wajib, biasanya disusul dengan kultum (kuliah tujuh menit) yang memberi pencerahan. Tak hanya usai sholat wajib, jelang berbuka atau bersamaan makan sahur, beragam kisah inspiratif disiarkan melalui stasiun televisi.

Media online, media sosial, majalah dinding di masjid, aneka rupa kegiatan offline, lagu-lagu religi, semua menyuguhkan atmosfir islami. Kita begitu dikondisikan, pada situasi yang sangat mendukung untuk bermuhasabah (mengoreksi) diri. Sebagai orang yang masih miskin ilmu, saya tak ingin ketinggalan memanfaatkan moment Ramadan untuk belajar. Menyerap insight tersebar di berbagai kesempatan, demi perbaikan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun