Mohon tunggu...
agnesdeviwahyunisinaga
agnesdeviwahyunisinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seseorang yang memiliki ketertarikan besar pada dunia musik dan kuliner. Menjelajahi berbagai jenis makanan dan menciptakan pengalaman baru dari rasa adalah kesenangan saya. Musik, terutama menyanyi juga menjadi bagian penting dalam keseharian saya sebagai bentuk ekspresi diri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Uang Suap di Tangan Anak Magang: Cermin Buram Etika Generasi Muda

18 Juli 2025   13:55 Diperbarui: 18 Juli 2025   13:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Agnes & Helena 

Baru-baru ini publik dikejutkan oleh berita seorang anak magang yang diduga menerima suap senilai Rp5,7 miliar. Kasus ini bukan hanya soal angka yang fantastis, tetapi juga menyisakan tanda tanya besar tentang integritas dan etika generasi muda kita saat ini.

Magang seharusnya menjadi masa transisi dari dunia pendidikan menuju dunia profesional. Sebuah fase untuk belajar, menyesuaikan diri, dan menyerap nilai-nilai kerja. Namun, saat seseorang yang bahkan belum menjadi pegawai tetap sudah tergoda oleh kekuasaan dan uang haram, kita perlu berkaca lebih dalam---ada apa dengan pendidikan karakter yang selama ini kita banggakan?

Fenomena ini seharusnya menjadi refleksi kolektif, bukan sekadar kecaman terhadap individu. Di mana peran pembinaan dari institusi tempat magang? Apakah pengawasan begitu lemah hingga seorang anak magang bisa memiliki celah untuk melakukan tindakan sedemikian besar?

Lebih jauh, ini juga menjadi sinyal bahwa krisis etika bukan hanya milik pejabat tinggi atau elite birokrasi. Ia telah menjalar ke level yang paling awal dari dunia kerja---anak magang. Jika fase belajar pun sudah ternoda oleh praktik curang, masa depan dunia kerja yang bersih dan berintegritas menjadi semakin kabur.

Pendidikan karakter tak cukup hanya disampaikan dalam teori atau mata kuliah Etika Profesi. Ia harus dipraktikkan, dicontohkan, dan ditanamkan secara konsisten sejak dini---baik di rumah, sekolah, kampus, hingga lingkungan kerja. Dunia kerja pun punya tanggung jawab besar untuk tidak hanya mengejar produktivitas, tetapi juga membentuk insan yang jujur dan berintegritas.

Kasus ini bukan hanya soal hukum, tapi tentang nilai. Bukan hanya tentang kesalahan satu orang, tapi tentang sistem yang mungkin gagal menanamkan fondasi moral. Kita semua punya andil dalam membentuk generasi seperti apa yang akan mewarisi bangsa ini.

Mari kita jadikan kejadian ini sebagai bahan renungan, bahwa kemajuan teknologi, kecanggihan ilmu, dan gelar pendidikan tidak akan berarti jika tidak diimbangi dengan nilai moral dan etika yang kuat. Karena tanpa integritas, sehebat apa pun seseorang, ia tetap bisa menjadi ancaman bagi masa depan bangsa.

Tentang Penulis:

Agnes dan Helena adalah mahasiswi dan dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Katolik Santo Thomas Medan. Kami menulis sebagai bentuk keresahan dan kepedulian terhadap kondisi ketenagakerjaan bagi generasi muda Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun