Mohon tunggu...
Agisthia Lestari
Agisthia Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan

Pembaca yang rakus

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menelusuri Pemikiran Politik Machiavelli dalam "The Prince"

25 Februari 2019   16:12 Diperbarui: 2 Juli 2021   07:21 6380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menelusuri Pemikiran Politik Machiavelli dalam "The Prince" | Kompas

Filsuf politik Italia Niccolo Machiavelli terkenal karena sarannya yang lugas bahwa seorang penguasa yang ingin memelihara dan meningkatkan kekuatannya harus menggunakan cara-cara curang, licik, dan kebohongan dikombinasikan dengan penggunaan kekerasan yang bengis. 

Dicela oleh banyak orang karena sebagai bajingan tak bermoral, tetapi dipuji oleh banyak orang lain sebagai seorang realis yang keras kepala dan berani menggambarkan dunia sebagaimana adanya. 

Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh di Dunia bahkan menempatkan Machiavelli sebagai salah satunya, hal ini tak lain karena Machiaveli adalah salah satu dari sedikit penulis yang karyanya di pelajari secara seksama oleh filsuf dan politisi.

Machiavelli dilahirkan pada tahun 1469 di Florance, Italia. Ayahnya adalah seorang pengacara yang berasal dari keluarga terpandanf tetapi tidal Cuma berada. Selama masa hidup Machiaveli, masa yang merupakan puncak dari Renaisans Italia. Namun pada saat itu, Italia juga terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, hal ini justru berbanding terbalik dengan negara bersatu macam Prancis, Spanyol dan Inggris. Tidak mengherankan pada masa Machiavelli secara militer Italia lemah walau budayanya menonjol.

Baca juga: Relevansi Teori Politik Machiavelli dengan Kondisi Politik Indonesia di Era Modern

Selama masa muda Machieavelli, Florace di perintah oleh penguasa Medici yang terkenal, Lorenzo Magnificent. Tetapi, Lorenzo meninggal pada tahun 1492 dan beberapa tahun kemudian keluarga Medici diusir dari Florance. Florance menjadi negara negara Republik dan pada tahun 149 Machiavelli yang berusia sembilan dua puluh dua tahun meraih posisi tinggi di layanan sipil. Pada tahun 1512, Republik Florance digulingkan, dan Medici kembali berkuasa. 

Machiavelli dipecat dari jabatannya dan tahun berikutnya ia ditangkap dengan tuduhan bersekongkol untuk menggulingkan penguasa Medici yang baru. Selama empat belas tahun berikutnya, dia menulis beberapa buku diantaranta yang paling terkenal The Prince (ditulis pada 1513) dan Discourse Upon the First Ten Books of Titus Livius. Karyanya yang lain adalah The Art of The War, History of Florance dan La Magdragola (sebuah naskah drama). Tetapi, ketenarannya terutama disebabkan oleh The Prince. Sebuah karya paling brilian dan paling mudah dibaca.

The Prince dianggap sebagai sebuah buku panduan praktis bagi kepala negara. Pandangan dasar buku ini adalah dalam meraih sukses, seoarang pangeran harus mengabaikan moral sama sekali dan bergantung sepenuhnya pada kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menggarisbawahi pentingnya sebuah negara dipersenjatai dengan baik diatas segala-galanya. 

Dia menekankan bahwa hanya tentara yang dibentuk oleh wajib militter dari warga negaralah yang bisa diandalkan, karena berdasarkan pengalamannya sebuah negara yang bergantung pada tentara bayaran, atau tergantung terhadap tentara dari negara lain, akan sangat lemah dan berbahaya.

Machieavelli menganjurkan sang pangeran dengan mencari dukungan dari rakyat karena sang Pangeran tidak mempunyai sumber saat sedang susah. Tentunya Machiavelli mengerti bahwa kadang-kadang penguasa baru dalam memastikaan kekuasaanya harus melakukan hal yang mengecewakan bawahannya. Machiavelli menyarankan,"...dalam mendirikan negara sang penakluk harus mengumpulkan kejahatannya sekaligus agar tidak terjadi terhadap mereka setiap hari, keuntungan akan di dapatkan sedikit demi sedikit, agar dapat dinikmati dengan lebih baik".

Guna meraih sukses, sang pangeran harus melengkupi dirinya dengan menteri-menteri lainnya yang cakap dan loyal, ia juga mengingatkan sang pangeran untuk menghindar penjilat dan memberikan cara untuk untuk melakukannya. Di dalam Bab 17 The Price, Machiavelli mendiskusikan apakah sang pangeran lebih baik dicintai atau ditakut, "Jawabannya adalah seseorang harus ditakuti sekaligus dicintai tetapi lebih aman ditakuti dipada dicintai, jika seseorang harus memilih, cinta diikat oleh rantai kewajiban, dimana manusia saat egois, rantai itu akan diputus saat tujuan itu terpenuhi, tetapi rasa takut dipelihara dengan seperangkat hukuman yang tidak pernah gagal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun