Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengulas Stigma Cewek yang Membonceng Cowok atau Sebaliknya

26 Januari 2021   15:00 Diperbarui: 26 Januari 2021   15:09 6270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang boncengan | Sumber gambar : www.kwikku.com

Ketika seorang laki-laki membonceng perempuan mengendarai kendaraan sejenis sepeda motor atau yang lainnya seperti hal itu sudah menjadi sesuatu yang lumrah terjadi. 

Seorang suami membonceng istrinya, seorang cowok membonceng ceweknya, dan sebagainya. Namun ketika situasi menunjukkan sebaliknya dimana cewek membonceng cowok maka tersirat kesan yang "aneh" saat melihat pemandangan semacam itu. 

Entah itu ketika seorang istri membonceng suaminya, ketika si cewek membonceng cowoknya, atau saat saudara perempuan membonceng saudara laki-lakinya. 

Seolah-olah hal itu menjadi pemandangan yang tidak wajar mengingat peran seorang lelaki seharusnya melindungi perempuan. Dalam konteks seseorang yang berboncengan satu sama lain maka ia yang duduk di depan berlaku sebagai pelindung bagi orang yang diboncengnya.

"Adalah peran seorang laki-laki (cowok) untuk melindungi perempuan (cewek). Dalam situasi sederhana hal itu terlihat dalam suasana ketika cowok membonceng cewek saat mengendarai sepeda motor. Saat terjadi kondisi sebaliknya dimana cewek membonceng cowok maka akan muncul banyak sangkaan dibalik 'aksi' tersebut. Entah itu sebutan 'aji mumpung' dan sejenisnya meski sebenarnya si cewek berniat memberikan bantuan terhadap seseorang yang diboncengnya tersebut. Sebuah stigma terkadang melahirkan suatu dilema." 

Seseorang yang duduk di depan atau bertindak sebagai pengemudi memang memiliki kendali penuh untuk mengarahkan kendaraan yang dimiliki kemanapun ia mau. 

Termasuk menambah atau mengurangi kecepatan kendaraan pun seseorang yang duduk di kursi kemudi mampu melakukannya. Sehingga dengan "kekuasaan" semacam itu maka nasib orang yang berkendara amatlah ditentukan oleh "dia yang duduk di depan.". 

Stigma masyarakat kita sudah mengakui bahwa seharusnya kaum pria itu mampu melindungi kaum wanita. Meskipun dalam situasi tertentu mungkin terjadi hal yang sebaliknya. 

Sosok cowok memang semestinya senantiasa menjadi pelindung bagi cewek, terlepas mereka terikat dalam suatu ikatan asmara ataupun tidak. Sehingga kita pun akan merasa aneh tatkala melihat dua orang laki-laki dan perempuan berteman mengendarai sepeda motor sementara di perempuanlah yang memegang kemudi. 

Hal itu seakan terlihat kurang sopan untuk dilakukan. Kalaupun misalnya kendaraan yang dipakai adalah punya si cewek maka biasanya tetap si cowoklah yang tampil mengambil alih kemudi. Terkecuali memang si cowok tidak bisa mengendarai kendaraan tersebut.

Situasi dimana cowok dibonceng oleh cewek tidak sedikit yang disangka sebagai "aji mumpung". Bahkan ketika hal itu dilakukan oleh pasangan suami istri atau kakak beradik sekalipun kesan yang tercipta tidak akan jauh berbeda. 

Karena tidak setiap orang tahu hubungan kekerabatan yang terjadi diantara dua orang laki-laki dan perempuan yang berboncengan. Stigma yang beredar di masyarakat adalah kurang pantas apabila seorang perempuan membonceng laki-laki dibelakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun