Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Esensi Bekerja Itu Menyelesaikan Masalah, tapi Saat Muncul Masalah Mengapa Protes?

28 November 2020   07:08 Diperbarui: 29 November 2020   04:54 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iLustrasi (Sumber: www.thestranger.com)

Kita hanya perlu menganggapnya sebagai bagian dari pengisi dinamika kehidupan yang memang secara sunnatullah-Nya sudah seperti itu. Bisa jadi karena terjadinya suatu masalah itulah lantas kita digiring pada takdir kita yang sebenarnya.

Bersahabat dengan Masalah
Metode kerja seperti Lean Manufaturing, Six Sigma, QC Seven Tools, serta pelbagai hal yang dinilai sebagai bagian dari kemajuan manajemen organisasi atau korporasi tidaklah lahir dengan sendirinya. 

Semua itu berangkat dari masalah mulai dari permasalahan biaya yang besar, kualitas yang bermasalah, angka komplain yang tinggi, dan sejenisnya merupakan pemicu serta sebab musebab dari lahirnya kreativitas baru yang membawa kita selangkah lebih maju menapaki zaman. Tanpa permasalahan tersebut barangkali tidak akan pernah ada perubahan yang berarti.

Para pekerja memang cenderung menghindari masalah mengingat konsekuensi yang ada dibaliknya seringkali dianggap tidak mengenakkan untuk dijalani. 

Sanksi teguran, dimarahi atasan, potong gaji, bahkan hingga PHK adalah beberapa hal yang sebisa mungkin tidak mereka alami. 

Masalah yang tidak sengaja dibuat pun melahirkan konsekuesni yang tidak mengenakkan, apalagi jika disengaja. Maka lumrah sekali apabila banyak orang mengatakan,

"Jangan cari-cari masalah."

Hal ini lebih disebabkan oleh efek konsekuensinya yang tidak mengenakkan untuk dijalani. Meskipun hal ini terkadang disikapi dengan lebih cuek oleh segelintir orang yang terkenal "bandel" atau memang masa bodoh dengan sanksi yang bisa kapan saja menimpanya. 

Orang-orang dengan sikap kecenderungan seperti ini terkadang disebut sebagai "fighter" atau petarung yang berani menghadapi situasi yang riskan "mengancam" dirinya sendiri. Sebagian yang lain menyebutnya berani mengambil risiko.

Beda persepsi beda juga sematannya. Di satu sisi ada yang menyebut mereka "pembuat onar", sementara di sisi lain mereka disebut juga sebagai "pemberani". 

Apabila suatu persoalan terjadi dipandang oleh seseorang yang visioner dan terbuka terhadap segala kemungkinan bisa jadi hal ini disebut sebagai tindakan yang berani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun