Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pasien Positif Coronavirus Kabur dari RS Dibantu Keluarga?

14 Maret 2020   07:15 Diperbarui: 14 Maret 2020   07:17 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penanganan pasien virus corona | Sumber gambar : www.cnbcindonesia.com

Sebuah kabar mengejutkan sekaligus "aneh" terjadi beberapa waktu lalu. Seorang pasien positif coronavirus (covid-19) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, melarikan diri atau kabur dari rumah sakit tempat ia dirawat sekaligus diisolasi.

Juri bicara (jubir) RSUP Persahabatan menyatakan bahwa pasien bersangkutan pergi meninggalkan rumah sakit tanpa sepengatuan pihak rumah sakit. Dalam keterangannya, pasien berjenis kelamin perempuan ini pergi tanpa "pamit" dari ruang isolasi dengan dijemput oleh keluarganya. Mengapa peristiwa semacam ini bisa sampai terjadi? Terlebih pihak keluarga turut terlibat membantu upaya ini. Apakah keluarga yang menjemput pasien bersangkutan tidak berfikir panjang perihal tindakan mereka yang bisa jadi malah memperburuk keadaan?

Kontak langsung dengan seseorang yang terpapar virus ini berpotensi menjadikan tertular. Semestinya juga, seseorang yang terbukti positif terinfeksi coronavirus harus sesegera mungkin mendapatkan penanganan memadai. Dan pihak yang paling tepat untuk melakukan tindakan penanganan ini adalah rumah sakit. Ketika seorang pasien yang mengetahui bahwa dirinya terpapar covid-19 lantas malah justru memilih kabur dari tempat "terbaik" untuk menangani masalahnya tentu menimbulkan banyak tanda tanya.

Pihak rumah sakit melalui jubirnya mengatakan bahwa kondisi ruang isolasi tidak layaknya sebuah penjara yang digembok sedemikian rupa sehingga setiap orang tidak bisa dengan mudah masuk atau keluar ruangan. Bisa dikatakan kalau tempat isolasi rumah sakit hampir sama dengan layaknya ruang-ruang rumah sakit pada umumnya. Sehingga terkait ketidaknyaman perlakuan selama periode isolasi kecil kemungkinannya menjadi sebab sang pasien kabur.

Satu hal yang berpotensi besar membuat seorang pasien korban coronavirus adalah depresi, khawatir, atau bahkan ketakutan berlebih akibat hingar bingar pemberitaan pandemi ini yang begitu luar biasa.

Saat pasien pertama dan kedua kasus virus corona di Indonesia dirawat di rumah sakit, beredar kabar bahwa mereka sempat depresi yang ditengarai akibat "memantau" pemberitaan dunia maya lewat handphone atau smartphone. Entah depresi itu terjadi karena banyaknya pemberitaan korban jiwa yang jatuh, merasa malu atas kondisinya, merasa terkucilkan, atau karena faktor lain. Hal ini jugalah yang mungkin dirasakan oleh pasien coronavirus yang kabur dari rumah sakit. Stres mungkin menjadi pemicu utama atas kenekatannya melakukan aksi nekad ini. Aksi yang sebenarnya tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain terutama keluarganya.

Kemungkinan lain yang mungkin mendasari aksi melarikan diri dari rumah sakit adalah pelayanan dari pihak rumah sakit. Apakah RSUP yang dimaksud sudah memberikan kenyamanan perlakuan terbaik kepada sang pasien? Atau mungkin ada tindakan yang diskriminatif sehingga memicu ketidaknyamanan sang pasien berikut keluarganya.

Sejauh ini kita mungkin hanya sebatas bisa menerka-nerka apa gerangan yang melatarbelakangi peristiwa ini. Namun kita semua tentu berharap bahwa tidak akan peristiwa serupa terulang lagi.

Kembali Lagi Ke Rumah Sakit

Setelah beberapa lama informasi perihal kaburnya sang pasien menyeruak, tanpa dinyana ternyata pasien terebut kembali lagi ke rumah sakit. Menurut pernyataan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, pasien tersebut pulang dulu ke rumah. Bukannya kabur. "Cuma sehari saja kok dibilang kabur", demikian pernyataan sang jubir yang menyangsikan pernyataan dari RSUP Persahabatan. Kini sang pasien yang dimaksud telah kembali lagi untuk dirawat di rumah sakit tersebut.

Terkait pernyataan sang jubir pemerintah yang terkesan "meremehkan" peristiwa ini tentu publik mempertanyakan beberapa hal. Bagaimana bisa pemerintah tidak khawatir atas tindakan pergi tanpa pamit dari rumah sakit biarpun itu hanya untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Padahal selama periode satu hari itu bukan tidak mungkin ada banyak orang yang berinteraksi dengan sang pasien. Yang pertama tentu pihak keluarga pasien. Mereka seharusnya harus turut diisolasi untuk melihat potensi tertular coronavirus dari sang pasien. Belum lagi sanak kerabat lain, tetangga, atau orang lain yang juga sempat berinteraksi dengan sang pasien selama kurun waktu satu hari tersebut. Satu hari atau satu jam sama-sama berbahaya jikalau hal itu mengakibatkan orang lain tertular. Lantas bagaimana bisa ini disikapi secara santai?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun