Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Kanjeng Nabi dalam Bingkai Kepahlawanan dan Kepemimpinan

11 November 2019   09:04 Diperbarui: 11 November 2019   09:13 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maulid Nabi Muhammad SAW | Ilustrasi gambar : islam.nu.or.id

Ketika banyak pihak saling mempersalahkan, saling menghujat, dan saling berebut kepentingan, maka kepahlawanan diperlukan agar kita hidup lebih harmonis, saling menasihati satu sama lain, dan berkolaborasi demi tujuan yang lebih besar. Kesadaran tentang arti penting kepahlawanan sangatlah diperlukan di negera kita saat ini agar tujuan dan cita-cita besar bangsa ini mampu diwujudkan dengan sebaik-baiknya.

Teladan Kepemimpinan Baginda Nabi

Suatu hari Baginda Nabi Muhammad SAW tengah berkumpul dengan para sahabatnya untuk membahas ilmu agama serta beberapa topik lainnya. Ditengah-tengah diskusi hangat yang beliau lakukan itu, muncul seorang nenek tua menghampiri beliau dengan membawa sebuah bungkusan. Sang nenek menhadap kepada Kanjeng Nabi sembari mengutarakan niatan mulia memberikan hadiah sebungkus jeruk kepada beliau. Sang nenek meminta Kanjeng Nabi untuk menyantap hidangan jeruk itu disana, dan sang nenek duduk disamping beliau karena iengin melihat beliau menikmati makanan pemberiannya. Sang Rasul yang disaksikan oleh para sahabatnya terlihat begitu antusias menyantap hidangan tersebut, hingga seolah-olah para sahabat merasa "dilupakan" oleh beliau. Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang biasanya senantiasa membagikan apa yang beliau miliki kepada para sahabat, pada saat itu tidak terlihat seperti biasanya.

Butir demi butir buah jeruk pemberian sang nenek dintantap Rasullulah hingga habis tanpa ada satu pun yang dibagikan kepada para sahabatnya. Pada akhirnya sang nenek pun beranjak pergi dengan gembira karena barang pemberiannya disambut dengan begitu antusias oleh manusia yang sangat dihormatinya.

Beberapa saat setelah nenek tua itu pergi, para sahabat yang sedari tadi merasa penasaran dengan sikap Kanjeng Nabi pun paad akhirnya mengajukan pertanyaan. "Ya Rasullulah, mengapa engkau tidak membagikan kepada kami jeruk yang engkau dapatkan dari nenek-nenek tadi sebagaimana yang engkau lakukan selama ini?". Mendengar pertanyaan dari sahabatnya tersebut Baginda Nabi pun tersenyum, dan kemudian beliau berkata, "Sahabatku, nenek tua itu memberiku sebungkus jeruk sebagai niatan baiknya memuliakanku. Aku tidak membagikannya kepada kalian karena rasa jeruk itu sangat asam. Aku khawatir saat kalian menyantapnya maka ekspresi kalian justru akan menyakitinya. Oleh karena itu aku menyantapnya dengan lahap tanpa mempersilahkan kepada kalian karena aku tidak ingin menyakiti hati nenek itu.". Baginda Nabi Muhammad SAW dalam kisah ini mengajarkan kepada kita tentang arti berempati kepada orang lain. Kepemimpinan adalah tentang bagaimana menjaga perasaan orang lain. Apakah selama ini kita sudah meneladaninya? Ataukah sudah cukup banyak orang-orang yang hatinya terluka oleh lisan kita?

Seorang pemimpin sangat penting untuk berempati kepada orang lain. Selain itu, beberapa karakter lain yang perlu dimiliki oleh seseorang agar menjadi sosok teladan dalam dunia modern ini adalah dengan mengutamakan sifat-sifat mulia Kanjeng Nabi seperti kejujuran, menjaga amanah, dapat dipercaya, dan cerdas. Seandainya segenap elit di negeri ini memiliki sifat-sifat itu secara utuh, maka barangkali tidak akan ada lagi koruptor berkeliaran. Pendidikan kita tidak akan diributkan masalah karakter jikalau nilai-nilai sikfat mulai Baginda Nabi diajarkan dengan baik disana.

Sayangnya, kemuliaan sifat Nabi Muhammad SAW tersebut masih sebatas menjadi kajian atau pelajaran fisik semata tanpa meresap kedalam lubuk hati bangsa kita. Amsaih sangat sedikit orang-orang yang mampu mengimplementasikan sifat-sifat mulia ini dalam perilakunya sehari-hari. Momentum Maulid Nabi kali ini hendaknya menjadi pengingat dan penggerak bahwa keteladanan yang daiajarkan Bagianda Nabi harus kita hidupkan. Jangan semata berucap bahwa kita meneladani karakter mulia beliau tanpa menerapkannya dalam kenyataan. Kita akan menjadi bangsa yang besar apabila meneladani jejak Kanjeng Nabi.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun