Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Kesan Anak Pasca Hari Pertama Masuk Sekolah

15 Juli 2019   16:31 Diperbarui: 15 Juli 2019   16:34 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari pertama masuk sekolah | Sumber gambar : https://gopos.id

Hari ini adalah salah satu hari spesial bagi siswa-siswi sekolah di Indonesia. Tanggal 15 Juli 2019 merupakan hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru 2019. Setelah suka duka sistem donasi yang membuat murid-murid harus memasuki sekolah sebagaimana zona tempat tinggalnya serta melupakan harapan untuk bersekolah di beberapa sekolah "favorit", kini seluruh siswa-siswi yang terdaftar sebagai peserta didik telah memulai waktu proses belajarnya.

Berada di tempat baru tentunya memberikan kesan tersendiri, khususnya bagi mereka yang baru menginjak ke jenjang pendidikan lanjutan. Bagi mereka yang berhasil memasuki sekolah sebagaimana diinginkan, tentu hari ini merupakan hari yang sangat spesial. Namun hal serupa belum tentu dirasakan oleh mereka yang harus menerima kenyataan memulai hari pertama sekolah di tempat yang barangkali tidak pernah mereka harapkan sebelumnya.

Setiap orang tua tentu akan ikut merasa bahagia apabila mendapati putra-putri mereka begitu antusias dan bersemangat menjalani hari pertama sekolah. Demikian juga halnya ketika kelesuan dan tanpa semangat menghinggapi sang anak juga akan dirasakan para orang tua. Dalam hal inilah peran keberadaan orang tua begitu penting.

Sebagai orang tua harus memberikan keyakinan kepada putra-putriya bahwa pendidikan yang mereka jalani sekarang ini suatu saat nanti akan disadari kebermanfatannya. Keyakinan terhadap sekolah perlu ditanamkan oleh para orang tua kepada anak, hal penting agar sang anak tidak merasa salah "alamat" memasuki sekolah. Untuk itu kita yang memiliki putra-putri hendaknya ikut proaktif memantau kurikulum sekolah serta materi pembelajarannya. Jangan biarkan anak-anak berjalan "sendiri" dalam menempuh pendidikannya.

Langkah awal sebagai bentuk kepedulian kita kepada anak yaitu dengan memastikan kesan pertama pertama mereka saat memasuki sekolah di hari pertama ini. Apakah anak-anak itu menikmati hari pertamanya masuk sekolah? Apakah mereka merasa nyaman dengan hari pertama mereka? Adakah kesan menyenangkan yang mereka rasakan di akhir hari ini?

Jika kita sebagai orang tua menangkap kesan adanya ketidakpuasan, kekecewaan, kekhawatiran, atau ketakutan terhadap kondisi sekolah anak-anak maka para orang tua patut untuk khawatir. Inilah alarm awal bahwa anak-anak perlu diberikan perhatian lebih perihal kondisi pendidikannya.

Orang tua seharusnya merupakan sosok terdekat dengan anak-anak. Setiap permasalahan atau hal-hal yang membebani pikiran anak sayogyanya bisa diketahui dan dipahami oleh orang tua, khususnya hal-hal yang menyangkut situasi pendidikan anak.

Kita sebagai orang tua mungkin tidak melihat langsung setiap peristiwa yang terjadi di sekolah, kita juga tidak pernah tahu hal-hal apa yang dialami oleh anak kita secara langsung. Satu-satunya cara mengetahuinya adalah melalui cerita yang mereka sampaikan kepada kita. Apabila sang anak terbuka maka tentu menjadi mudah bagi kita untuk tahu. Akan berbeda kiranya jika anak-anak tidak berkata sepatah katapun. Ketika sang anak tidak bisa atau tidak mau berkata-kata apapun, kemungkinannya ada dua. Ia mengalami sesuatu yang sangat tidak menyenangkan atau memang tidak terjadi sesuatu samasekali. Realitas ini yang harus bisa dipahami para orang tua sehingga mereka bisa bersikap secara tepat kepada anak-anaknya.

Jangan sampai suatu hari nanti kita sebagai orang tua menilai anak-anak kita malas belajar, padahal keengganan ia belajar terjadi karena adanya rasa tidak nyaman dengan pendidikan yang mereka jalani. Sebelum semua itu benar-benar terjadi, mulailah untuk mendengarkan curahan hati anak kita. Ajak mereka bicara dari hati ke hati. Buatlah kesan bahwa kita sebagai orang tua benar-benar peduli kepada mereka.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun