Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menghindari Efek Negatif Tradisi Bukber

15 Mei 2019   06:59 Diperbarui: 15 Mei 2019   18:00 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber adalah sarana bersua dan bercengkarama dengan rekan sejawat yang tidak semestinya mengorbankan ibadah Ramadhan kita (Ilustrasi gambar : http://www.ncepsuroboyo.com)

Akhirnya mereka berlama-lama menikmati kebersamaan bersama rekan sejawat selama momen bukber tersebut. Apalagi ketika bukber tersebut dilakukan oleh sekumpulan orang yang sepanjang waktu sebelumnya tidak bersua sama sekali. Konsekeuensinya, ada momen salat tarawih yang biasanya terlewatkan. 

Memang salat tarawih masih bisa dilakukan sendiri di rumah masing-masing. Itupun jika nanti sesampainya di rumah tubuh tidak terlalu lelah. Bagi sebagian orang yang terbiasa untuk menunaikan salat tarawih berjamaah selepas salat isya di masjid, kehilangan satu kali kesempatan untuk melakukannya karena tengah mengikuti bukber akan meninggalkan rasa janggal dan perasaan kurang terhadap sesuatu. 

Sebagian komunitas yang melaksanakan bukber bisa jadi membuat serangkaian acara mulai dari salat maghrib berjamaah, buka puasa bersama, hingga salat isya dan tarawih berjamaah. Namun apakah hal ini juga dilakukan oleh sebagian komunitas yang lain?

Bulan suci Ramadan memberikan kita kesempatan luar biasa untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Malam-malam di bulan Ramadan adalah waktu paling utama untuk menunaikan hal ini. 

Ketika kesempatan yang hanya ada sebulan dalam satu tahun ini datang, kemudian ada "usikan" tradisi bukber yang bisa kapan saja menyela waktu tersebut maka seakan terjadi pertentangan kepentingan disini. Ikut bukber atau tidak. Kalau tidak ikut sayang, karena kesempatan itu belum tentu ada setiap tahunnya. 

Kalau ikut dikhawatirkan akan membuat kita kehilangan kesempatan menunaikan ibadah salat tarawih di masjid dekat rumah. Lalu apa yang harus dilakukan dalam menyikapi kondisi ini?

Ada sebagian orang di antara kita yang barangkali mengikuti kegiatan bukber beberapa kali dalam satu bulan. Namun ada juga yang hanya satu kali bahkan tidak pernah mendapatkan kesempatan tersebut. 

Bagaimanapun juga bukber bisa menjadi sebuah momen berharga dan ajang silaturrahmi, khususnya ketika bukber itu dilakukan oleh mereka yang jarang bertemu sebelumnya. 

Sehingga bukber adalah salah satu kesempatan yang teramat sayang untuk disia-siakan. Kita semestinya bisa memilih dan memilah setiap kesempatan bukber yang ada agar momentum Ramadan ini tidak berlalu begitu saja dengan intensitas bukber yang tinggi sedangkan intensitas ibadah kita seperti salat tarawih, salat berjamaah, salat tahajjud, dan tadarus Al Qur'an rendah. Alangkah lebih baik apabila bukber yang dilakukan juga menyepakati adanya salat berjamaah dan tarawih berjamaah. 

Mungkin ketika bukber itu dilakukan di rumah makan padat pengunjung yang mana tempat salatnya saja sangat sempit sehingga tidak memungkinkan dilakukan salat berjamaah, setidak-tidaknya jangan meninggalkan ibadah wajib yang biasa dilakukan serta tetap menjaga ibadah-ibadah lain setelah nanti pulang ke rumah masing-masing. Jangan sampai menjadikan bukber sebagai alasan bagi kita meninggalkan ibadah di bulan suci ini. 

Teramat sayang kiranya apabila bulan nan suci ini dibiarkan berlalu dan terabaikan hanya karena kita sibuk dengan tradisi bukber. Silahkan masing-masing menjalankan bukber sebagai media silaturrahmi, namun tetap sediakan waktu untuk menjalankan ibadah lain di sisa waktu bulan Ramadan ini.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun