Mohon tunggu...
Nyoman Agastyani Sri Hartami
Nyoman Agastyani Sri Hartami Mohon Tunggu... Penulis - Seorang lulusan S1 Ilmu Komunikasi

Hallo, saya Nyoman Agastyani Sri Hartami Dipanggil Putri Saya merupakan seorang lulusan di bidang Ilmu Komunikasi, memiliki kegemaran menulis dan membaca. Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Wanita Harus Memilih?

26 Desember 2020   21:28 Diperbarui: 26 Desember 2020   21:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini masyarakat sudah tidak lagi mementingkan gander seseorang dalam melakukansuatu hal. Dapat dikatakan jika pemikiran masyarakat yang terus terdorong dengan zaman yang seemakin maju mempuat pemikiran mereka pun berubah. Sama halnya dengan pemikiran terhadap gander. Semua orang dan golongan dibebaskan dalam memilih suatuhal, bahkan sudah tercantum dam HAM. Namun, tak jarang terlihat pula masalah-masalah akan gander dibeberapa situasi. Apalagi jika situasinya mengenai peluang untuk wanita bisa berkarir serta sukses dengan karirnya.

Terdapat data pada tahun 2017 yang memperlihatkan bahwa 70% pekerja informal adalah seorang wanita. Dimana didalam posisi yang sama pula, gaji yang diterima oleh wanita lebih rendah ketimbang pria. Wanita perlu melakukan usaha yang cukup keras untuk membuktikan kemampuannya terlebih dahulu sebelum diterima dalam pekerjaan yang diinginkannya.

Bukan hanya permasalahan dalam pribadi saja. Hal ini sering kali terjadi dan dikaitkan akan sebuah pilihan yang mana wanita harus memilih antar karirnya dan keluarga. Banyak orang beranggapan bahwa seorang wanita tak harus memiliki pekerjaan, sudah cukup diberi keleluasaan untuk menimba ilmu karena nantinya mereka juga pasti akan menjadi ibu rumah tangga. Itulah penyebab mengapa wanita masih saja diremehkan dalam hal semacam itu.

Keluarga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki strukturnya sendiri. Dimana sebagai sub sistem dari masyarakat,keluarga seharusnya dapat dijadikan sebagai tempat penyetaraan dalam aktivitas dan pola relasi antar anggota keluarga. Akan tetapi saat ini banyak muncul masalah keluarga akibat hal-hal yang  memperlihatkan sebuah keegoisan. Banyak keluarga yang hancur dan sering memiliki cerita kelam, epertikekerasan akibat suatu tekanan. Baik itu tekanan sosial, ekonomi, maupun lainnya.

Keluarga, yang seharusnya sebagi tempat paling aman, damai, dan tentram bagi seluruh anggota keluarga malah memjadi tempat ketidak adilan. Kekerasan rumahtangga seringkali muncul jika kita mencari disosial media, maka dua kata tersebut akan memperlihatkan begitubanyaknya keluarga yang mengalami hal yang semacamnya. Tuntutan ekonomi biasanya sering kali menjadi acuan atau titik dari mundulnya permasalahan tersebut. Diamana banyak istri yang ikut bekerja keras dalam melakukan pekerjaan suam, selain menjadi istri, ibuk, mereka pun harus ikut bekerja untuk membantu menopang ekonomi.

Namun, tak jarang banyak wanita karir yang telah menjadi istri memiliki pekerjaan tetap, gaji yang yang terbilang cukup besar, dan hal tersebut pula yang tak jang membuat pentengkaran lainnya muncul dimana laki-laki akan merasa kalah atau malu jika seseorang memilai mereka tak sehebat istrinya. Sehingga, membuat suatu pentengkran kecil bahkan hingga kekerasan.

Masyarat seringkali terlalu remeh dan takut untuk memahami bagaimana seseorang. Bukan mengenai gander, semua orang layak untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Sama halnya wanita. Banyak keluarga yang bahagia karena disebut keluarga karir yaitu suamidan istrinya bekerja. Banyak wanita yang bekerja dan dapat menyembangkan pekerjaan luarnya dengan pekerjaan rumahnya. Bukankah itu harusnya perlu diberi apresiasi bukannya malah memberi asumsi yang belum tentu kebenarannya.

Lalu mengapa wanita perlu memilih antara karir dan keluarga jika mereka dapat melakukan keduanya. Akan lebih baik melihat hal saat ini, karena kita hidup disaat ini bukan kemarin atau bukan besok. Jadi mulailah berpikir jeli akan hal semacam ini.

Sumber :
Maikel Jefriando, https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3480315/sri-mulyani-bicara-tentang-pilihan-wanita-karir-atau-ibu-rumah-tangga. 21 April 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun