Mohon tunggu...
Agasha Zahra
Agasha Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Undergraduate Public Health Student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokok Elektrik Ternyata Tidak Seaman yang Dikira?

16 November 2022   09:49 Diperbarui: 16 November 2022   09:57 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : www.unsplash.com

Oleh: Agasha Zahra & Patricia Josephine

Tingginya angka kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang masih dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun, pengguna rokok terus meningkat, sehingga menjadi keresahan tersendiri bagi pemerintah Indonesia yang telah menargetkan adanya penurunan angka kebiasaan merokok. Merokok juga tidak mengenal usia. Pengguna rokok datang dari berbagai kalangan, mulai dari remaja berusia 10-18 tahun, usia dewasa muda, orang tua, bahkan lansia. Rokok yang digunakan pun beragam, mulai dari rokok konvensional hingga rokok elektrik yang banyak digandrungi oleh kalangan remaja dan dewasa muda.

Rokok elektrik pertama kali dikomersilkan pada tahun 2003 oleh sebuah perusahaan farmasi milik Hon Lik, seorang apoteker yang terinspirasi untuk menciptakan alternatif rokok konvensional karena kematian mendiang ayahnya. Menariknya, tujuan awal diciptakannya rokok elektrik atau vape ini adalah sebagai alat bantu untuk berhenti merokok. Sayangnya, penggunaan vape justru semakin marak di kalangan non perokok dengan klaim kesehatan yang menipu dan menargetkan kaum muda. Tidak sedikit dari pengguna yang berasumsi bahwa vape tidak berbahaya bagi kesehatan. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena meskipun vape dapat menjadi alternatif rokok konvensional, bukan berarti vape tidak berbahaya.

Lalu, apa saja sih bahaya dari rokok elektrik, khususnya vape? Berbeda dengan rokok konvensional, vape tidak mengandung tembakau. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tembakau bukanlah satu-satunya kandungan yang menyebabkan kanker paru dan penyakit lainnya. Sama seperti rokok konvensional, vape mengandung salah satu senyawa berbahaya, yaitu nikotin. Nikotin dapat menyebabkan mudahnya timbul kecanduan atau adiksi yang tentunya tidak akan berdampak baik, khususnya pada non perokok. Selain itu, rokok elektrik juga menghasilkan sejumlah bahan kimia berbahaya, seperti acetaldehyde dan acrolein yang dapat menyebabkan acute lung injury, asma, serta kanker paru. 

Terdapat juga sebuah fakta menarik dimana penggunaan vape pada non perokok justru dapat mendorong orang tersebut untuk beralih ke rokok konvensional dan produk tembakau lainnya. Mengejutkan bukan? Alih-alih menjadi alat bantu berhenti merokok, justru menyebabkan adiksi dan mendorong penggunaan berbagai produk tembakau. World Health Organization (WHO) pun menyatakan bahwa rokok elektrik belum terbukti secara ampuh dapat digunakan sebagai alat untuk menunjang pemberhentian merokok. Paru-paru manusia diciptakan untuk menghirup udara bersih, bukan bahan beracun dan karsinogen. Tubuh manusia juga tidak dimaksudkan untuk bergantung pada obat-obatan adiktif. Oleh karena itu, rokok elektrik sebaiknya tidak dijadikan sebagai strategi pengurangan penggunaan rokok konvensional atau produk tembakau lainnya.

Nah, sudah tahu bahaya dari vape, kan? Meskipun vape terlihat lebih aman daripada rokok konvensional, bahan kimia yang terdapat didalamnya tetap dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada kesehatan paru penggunanya. Yuk, hindari dan hentikan penggunaan vape demi kesehatan paru yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun