Mohon tunggu...
AKHMAD FATKHURROSYID
AKHMAD FATKHURROSYID Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi foto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Tradisi Sawah Sadangwetan

28 Maret 2023   14:34 Diperbarui: 28 Maret 2023   14:41 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, terutama dalam bidang pertanian. Selama berabad-abad, petani Indonesia telah mengembangkan kearifan lokal yang ramah lingkungan dalam praktik pertanian mereka. Teknik-teknik tersebut termasuk penggunaan pupuk organik, sistem tanam berjenjang, dan pengendalian hama dan penyakit secara alami. 

Selain itu, petani Indonesia juga telah menanam berbagai jenis tanaman yang sudah dikenal sejak lama, seperti padi, jagung, kedelai, dan ubi jalar. Namun, meskipun kearifan lokal ini telah ada sejak lama, masih banyak petani yang beralih ke pertanian konvensional yang lebih mengutamakan produktivitas dan keuntungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal di bidang pertanian. Dengan menggabungkan kearifan lokal dengan inovasi teknologi pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pertanian yang ramah lingkungan serta tetap mempertahankan kearifan lokal yang ada.

Seperti di daerah Sadangwetan, Kebumen, Jawa Tengah yang masih memegang erat budaya dan kearifan lokal di bidang pertaniannya. Sadangwetan adalah desa yang berada di daerah Kabupaten Kebumen, yang termasuk salah satu desa ujung utaranya Kebumen. Desa sadangwetan dikelilingi oleh banyak sungai besar. Hal ini membuat ketersediaan air di desa ini melimpah. Ketersediaan air yang melimpah ini menjadikan Sadangwetan dapat memanen padi tiga kali dalam setahun. Tidak ayal, mayoritas penduduk Sadang wetan berprofesi sebagai petani.

Kondisi tersebut berbeda dengan kebanyakan pertanian di Kabupaten Kebumen yang hanya bisa menanam padi dua kali dalam setahun. Sawah di Sadangwetan berada di ngarai yang di bawahnya mengalir Sungai Lukulo. Desa ini bisa dikatakan desa yang sangat memanfaatkan alamnya yang kemudian bisa menghasilkan pemandangan yang cukup indah dengan gemericik air yang mengalir ke sawah terasering. Air yang terus mengalir meski musim kemarau itulah yang membuat petani Desa Sadangwetan bisa panen padi tiga kali dalam setahun.

Melimpahnya air irigasi berasal dari sungai kecil di tengah hutan yang dibendung. Bendungan yang lokasinya berada di atas desa, dikenal warga dengan Bendungan Kedung Singgi. Air dari bendungan itu yang membuat petani Sadangwetan leluasa menentukan kapan harus menanam padi.

Penduduk Sadangwetan hingga saat ini hidup berdampingan dengan alam. Hal ini membuat mereka tetap menjaga keseimbangan alamnya dengan banyak melakukan hal secara tradisional. Seperti saat musim panen akan tiba, mereka lebih memilih menghalau hama burung menggunakan alat tradisional yang dibuat sendiri dari tali dan kaleng daripada menggunakan senapan ataupun jaring, alat tersebut dinamakan Keprak.

Tidak hanya itu ketika musim panen telah tiba, masyarakat menggelar pertunjukan Tari Lengger di tengah sawah yang sudah dipanen, yang dipercaya sebagai ucapan terimakasih untuk Dewi Sri yang dijuluki Dewi Padi sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Di Sadang sendiri Tari Lengger memang sudah menjadi budaya lokal yang sudah turun temurun dari generasi sebelumnya, dan sampai saat ini masyarakat Desa Sadang masih terus melanjutkan tradisi kearifan lokal tersebut.

Budaya tidak mampu hilang dalam jati diri seseorang karena budaya membawakan hidup menjadi sosok yang lebih tinggi dan dihargai. Tanpa budaya seseorang tak mampu menghasilkan dan menciptakan karyanya melalui hasil pikiran dan memiliki nilai yang sangat tinggi di kalangan masyarakat.

Strategi yang mampu merubah kebudayaan ini yang dulu bisa terealisasikan kembali adalah mengubah pola sikap yang datangnya pada diri sendiri dan berusaha menjadi pribadi yang baik di mata masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun