Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banjir dan Muhasabah Kita

11 Januari 2020   00:05 Diperbarui: 11 Januari 2020   00:06 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir bandang yang terjadi pada 31 Desember 2019 dan 1 Januari 2020 di Jabodetabek dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia seharusnya kita sikapi dengan bijaksana. 

Kita sebaiknya jangan melulu menyalahkan orang lain. Kita harus bermuhasabah atau introspeksi diri. Muhasabah didefinisikan sebagai sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.

Kita harus pahami bahwa segala macam bencana termasuk banjir merupakan takdir Illahi yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun di dunia ini. Bencana atau musibah dapat dibagi dalam 2 kategori. Pertama, berupa ujian atau cobaan. Kedua, berupa peringatan atau azab.

Dalam kontek bencana sebagai ujian, Allah SWT mengirim banjir dengan maksud untuk menguji seberapa besar kadar keimanan kita sebagai umatnya. 

Seseorang yang imannya tipis tentu akan mengeluh dan semakin tipis kadar keimanannya setelah mendapat cobaan seperti itu. Namun sebaliknya, yang punya keimanan kuat, akan berfikir bahwa Allah sedang menguji dia. Sehingga orang tersebut akan lebih meningkatkan iman dan ibadahnya serta makin cinta kepada Sang Pencipta.

Adapun dalam konteks kedua yaitu bencana sebagai peringatan atau azab, Allah SWT ingin menunjukkan kepada kita bahwa inilah akibat yang harus diderita umat manusia karena telah berbuat maksiat di dunia. 

Begitu banyak maksiat yang telah dilakukan manusia, seperti membunuh, berzina, mengonsumsi narkoba, berjudi, berkhianat, berbohong, dan pergaulan bebas. 

Ada pula maksiat terhadap lingkungan, seperti penggundulan hutan tanpa reboisasi, membuang sampah sembarangan, mendirikan bangunan di bantaran kali, malas bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.

Inilah pentingnya muhasabah bagi kita. Dengan muhasabah, kita dapat menilai diri kita sendiri, apakah musibah banjir yang kita alami termasuk sebagai cobaan atau azab. Kita perlu evaluasi diri, apa yang telah kita kerjakan selama ini. Kejujuran dari hati nurani menjadi sangat penting.

Jika kita merasa banyak melakukan kemaksiatan, maka kita harus segera bertobat dari sekarang dan berjanji tidak akan mengulanginya. Bertobat dalam arti yang sesungguhnya, tobat nasuha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun