Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kotor dan Semrawut, Citra Masjid Raya Bandung Tercoreng?

2 Januari 2020   17:00 Diperbarui: 2 Januari 2020   17:11 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 28 Desember 2019 kami sekeluarga berlibur ke Lembang, Jawa Barat untuk menikmati beberapa objek wisata di sana. Keesokan harinya, sebelum kembali ke Jakarta, kami menyempatkan diri mengunjungi Masjid Raya Bandung untuk sholat Zuhur.

Anak saya yang kuliah di Bandung bilang, Masjid Raya Bandung merupakan salah satu ikon atau landmark Kota Kembang. Lokasinya sangat strategis, berada di jantung kota Bandung di Jalan Asia Afrika. Di sebelahnya terdapat alun-alun dengan hamparan rumput sintetis.

Mendengar keterangan anak saya tadi, saya langsung membayangkan sebuah bangunan mesjid yang megah, asri, apik, dan bersih.

Setibanya di Masjid Raya Bandung, saya kagum sekaligus kaget. Kagum karena masjid tersebut cukup megah dengan menara kembarnya yang menjulang tinggi. Kaget karena tempat ibadah kaum muslim ini jauh dari kesan bersih.

Di pelataran masjid, banyak warga yang duduk-duduk di lantai sambil makan dan minum. Di pelataran itu pula terdapat sejumlah penjual makanan. Di beberapa bagian pelataran terlihat sampah berserakan. Padahal pelataran masjid sudah masuk dalam batas suci. Suasananya sangat semrawut. Pelataran masjid kotor dan kumuh. Tidak ada satupun petugas kebersihan di sana.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Rasa terkejut saya tidak berhenti sampai di situ. Begitu menuju tempat wudhu yang terletak di basement masjid, saya melihat pemandangan yang juga kurang enak. Lantainya licin, seperti jarang dibersihkan. Di sinipun tidak ada petugas kebersihan.

Selesai wudhu, kami langsung menuju ke dalam masjid. Untuk kesekian kalinya saya kaget. Di dalam masjid banyak orang yang "bergelimpangan", ada yang hanya sekadar rebahan, tidur-tiduran, bahkan banyak pula yang tidur beneran.

Di dalam masjid itu juga tidak ada tirai pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan. Memang sih, jamaah laki-laki sholat di depan, dan perempuan tetap berada di belakang. Namun karena tidak adanya tirai pembatas, suasananya jadi seperti bercampur baru antara pria dan wanita.

Lebih parah lagi, di beberapa sudut ruang dalam masjid, ada orang yang dengan santainya menyeruput kopi.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Melihat pemandangan tersebut, baik di pelataran maupun di dalam masjid, saya jadi bertanya, apakah memang pengurus masjid membolehkan jamaah makan dan minum seenaknya di masjid? Apakah Pemerintah Kota Bandung atau Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat membiarkan masjid kebanggan warga Jawa Barat tersebut menjadi semrawut dan kotor?

Apakah demi menarik wisatawan ke kota Bandung dalam rangka libur panjang, Pemkot Bandung membiarkan kesucian masjid dikotori oleh para wisatawan tersebut? Sebagai muslim, saya sangat sedih dan menyayangkan terjadi pemandangan seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun