Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Miskin, Pendidikan, dan Ego dalam Bingkai Kekuasaan

15 April 2018   15:07 Diperbarui: 17 April 2018   05:32 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Afriantoni

(Refleksi Menjelang Sore)

"Sering sekali orang miskin dan tak berpendidikan tinggi mampu menampilkan kejujuran dan amanah luar biasa. Beda banget" (Prof Rahaini)

Apa yang dituliskan oleh Prof Rahaini seakan mengenalkan kita pada sosok kaum miskin papa dan tidak berpendidikan yang beradab. Mereka yang merasa kurang di mata publik memiliki kebiasaan "ngelongso" atau apa adanya, jujur dan amanah.

Kalimat yang dituliskan ini mengandung makna jika posisi miskin dan tidak berpendidikan membuat orang sadar diri akan posisi dan kedudukannya. Tapi jika sebaliknya maka terkadang terjadi "lupa daratan".

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan ini terkadang berjalan dengan sendirinya. Biasanya perubahan perilaku ini seolah bekerja secara alami. Kehadiran ego dan kuasa membuat dirinya lupa menginjakkan kaki di bumi Allah.

Hal ini sering kali terjadi ketika seorang berada di puncak karir atau kekuasaan. Bukan karena tidak adanya kesadaran. Hanya saja refleksi diri untuk memahami titik akhir dan bijak dalam hidup telah berkurang.

Aneh memang mengapa sering kali kita melihat mereka yang miskin bisa menyampaikan pesan atau amanah dengan baik sehingga baik di mata publik. Tapi mengapa mereka yang segudang ilmu dan kekuasaan cenderung pasif atas diri yang merasa berkuasa.

Biasanya, mereka yang berpendidikan ingin adanya perubahan cepat dalam struktur masyarakat. Sehingga kadang malu untuk melakukan kejahatan atau kesalahan. Karena jika salah maka terjadi sebuah kesadaran sementara.

Semestinya adab dan amanah itu juga dapat dilakukan oleh mereka yang sehari-hari berkuasa. Bahasa lainnya, ketidakjujuran ada pada diri yang cangkak dan sombong.

Sekali lagi kesadaran bagian penting agar kita paham. Kuasa dari penderitaan sangat nikmat. Kuasa dari Allah untuk melayani bukan menindas. Selamat menyadari. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun