Afriantoni
[Pemerhati Pendidikan]
Sore tadi saya berdialog dengan seorang guru. Tampangnya biasa saja. Tetapi ada empati dalam dirinya yang membuat saya salut. Empati seorang pendidik bukan pengajar.
Ia bercerita suatu hari ia berjumpa dengan siswa yang diajarnya di jalan sedang menangis di sisi pohon di pinggir jalan tidak jauh dari sekolahan tempat ia mengajar.
Ia berkata,"Ada apa nak..?. Kenapa ada disini sendiri?," ujarnya kepada siswa. Sambil tersedu-sedu sang siswa menjawab,"pak saya kehilangan uang untuk ongkos pulang.Padahal orang tua saya berpesan agar menggunakan uang dengan maksimal, tapi saya tidak tahu kemana uang saya dan saya tidak bisa pulang,"keluh sang siswa sambil menangis.
Secara sigap sang guru mengajak anak pulang naek motor bersamanya untuk diantarkan ke rumahnya. Sambil bercerita tentang sesuatu yang menyenangkan menghibur sang anak.Sang anak bahagia dan terhibur.
Jadilah guru yang mendidik. Jangan kita menjadi guru yang hanya mengajar. Itulah guru yang canggih. Canggih bukan karena otak dan pintar semata. Tetapi canggih rasa empati dalam diri guru.Â
Objektifitas terkadang hanya berada dalam teori subjektifitas. Seorang moderator pun berusaha moderat yang memiliki misi yang bersifat sujektif. Keep Sabar.(*)