Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Hilangnya Integritas di Mata Masyarakat

6 Desember 2017   15:40 Diperbarui: 6 Desember 2017   15:57 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat merupakan khalayak yang memberikan dampak paling besar dalam kehidupan bernegara. Aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat merupakan cerminan apa fenomena yang sedang terjadi. Dalam perspektif ilmu komunikasi, masyarakat bisa dianggap sebagai penonton atau pun pemirsa sedangkan negara ini adalah medianya. Ketika melihat media tentu akan menimbulkan pemikiran tersendiri dari penonton, ketika masyarakat melihat apa yang terjadi akan membuat masyarakat melakukan sebuah tindakan yang menggambarkan pemikiran tersebut. Dengan tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarkat merupakan khalayak yang aktif, artinya tidak hanya melihat tetapi juga ikut menanggapi  fenomena apa yang sedang terjadi. Bukan hal yang asing jika kebanyakan sebuh pandangan ternyata dibuat oleh kelompok masyarakat.

            Dengan menjadi salah satu penilai yang dianggap berpegaruh, media harus memperhatikan dengan baik jika ingin memberikan sebuah tontonan kepada masyarakat. Karena jika terlalu banyak mewarnai media bisa saja masyarakat menjadi terhegemoni dan menganggap apa yang ditayangkan itu benar adanya. Seperti yang ada didalam teori perspektif komunikasi yaitu efek media mengenai uses and gratifications theory, dikatakan bahwa penonton adalah sasaran pasif yang menunggu untuk ditembus oleh sebuah peluruh. Dalam artian penonton ini menjadi sasaran media, apa yang ditayangkan media dikonsumsi oleh penonton yaitu masyarakat. Contohnya disini adalah kasus yang sedang dialami oleh Ketua DPR RI Setya Novanto. Banyak kasus yang menjerat Setya Novanto ini, salah satu yang masih didalami adalah tentang korupsi e-ktp. Kasus korupsi e-ktp ini menjadi isu yang sangat di cermati oleh masyarkat. Selain kasusnya, orang yang terjerat dalam kasus ini yaitu Setya Novanto menjadi objek yang terus diperhatikna oleh masyarakat. Seperti halnya saat terjadi kecelakaan pada tanggal 16 november 2017 dan ini dikendarai oleh Setya Novanto. Saat kecelakaan masyarakat langsung menjadi tim pengamat. Salah satu kreatiban dari masyarakat yaitu mengenai tiang listrik yang ditabrak oleh mobil yang dikendarai oleh Setya Novanto ini. Banyak kemudian muncul meme save tiang listirk yang menjadi viral di medsos. Seperti yang dilansir tribunnews.com (18/11/2017) mengenai meme save tiang listrik ini, ada yang memberikan karangan bungan tepat di tiang listirk yang ditabrak mobil Setya Novanto ini, ada yang mengedit foto tiang listirk dengan menggunakan baju tahanan karen diduga tersangka dalam kecelakaan. Selain itu ada juga yang membuat meme tiang listrik dilarikan ke UGD karena mengalami cidera dan meme tiang listrik menjadi incaran wartawa. Seketika apa yang diberikan berkaitan dengan Setya Novanto menjadi viral berkat medsos, hal ini tidak lain karena peranan media yang sudah membaca situasi ini.

            Kasus kecelakaan Setya Novanto ini telah banyak membawa keresahan bagi masyarakat, bukan karena kecelakaan melainkan karena sedang menjalani pemeriksaan dalam kasus korupsi e-ktp. Dalam tribunpekanbaru.com (17/11/2017) Presiden RI Jokowi mengatakan bahwa beliau meminta Pak Setya Novanto mengikuti proses hukum, selain itu Pak Jokowi mengatakan bahwa proses hukum di Indonesia berasaskan keadilan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas berpikiran Setya Novato tidak akan diteruskan kasusnya karena sedang mengalami kecelakaan. Terbukti pada tanggal 19 November 2017 Setya Novanto resmi menjadi penghuni di rutan KPK.

            Melihat dari teori perspektif ilmu komunikasi, media lebih memiliki kekuasaan besar dalam mempengaruhi penonton. Apa yang dikabarkan media langsung menjadi berita utama ditengah masyarakat, terkadang belum tentu berita tersebut benar. Sehingga banyak terjadi juga kasus hoax ditengah masyarakat lantaran langsung mempercayai apa yang diberitakan oleh media. Masyarakat seharusnya menjadi penonton yang aktif, seperti yang dikatakan dalam teori uses and gratifications theory bahwa penonton dilihat sebagai individu yang aktif dimana memiliki tujuan dan bertanggungjawab dalam pemilihan media yang digunakan. Artinya penonton disini memiliki peran mandiri untuk melihat efek dari media. Dari teori efek media, penulis melihat bahwa kasus Setya Novanto ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Makin banyak media menayangkan sisi negatif dari Setya Novanto maka semakin terbentuk pula pola pikiran masyarakat mengenai Setya Novanto yang tidak baik. Dalam hal ini disangkutkan dengan posisi beliau sebagai Ketua DPR RI, menjadi seorang ketua tentunya harus memiliki integritas yang tinggi/ Integitas menentukan apakah kita dapat dipercaya atau tidak dimata orang lain.

            Berhubungan dengan integritas, penulis mengkaitkannya dengan teori pelanggaran harapan.  West and Turner (2008: hal. 154) menyatakan dalam teori pelanggaran harapan ini orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. Dalam hal ini harapan yang dilanggar adalah harapan masyarakat yang menganggap Setya Novanto sebagai orang yang dapat menjadi wakil masyarakat. Selaku ketua DPR, tentunya masyarakat memandang Setya Novanto ini sebagai orang yang berbwibawa dan dapat memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Tetapi dengan adanya kasus yang menjerat Setya Novanto ini masyaakat merasa bahwa harapannya tidak terpenuhi. Baik gerak tubuh, vokalik, dan kronemik yang dilakukan Setya Novanto tidak sesuai dengan jabatannya sebagai ketua DPR RI. Masyarakat menjadi kecewa karena adanya ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.

            Menurut penulis pelanggaran harapan ini sangat besar dampaknya pada kepercayaan seseorang, walaupun hanya secara nonverbal tetapi ini juga merupakan suatu hal yang menentukan integritas. Jika tindakan verbal dan nonverbal sejalan itu berarti integritasnya tinggi, tetapi jika tidak sejalan maka integritas patut dipertanyakan. Memiliki integritas bukanlah hal yang sulit tetapi mempertahakan integritaslah yang sulit dilakukan. Dalam setiap hal integritas itu sangat penting, karena dari hal ini banyak hal yang bisa kita simpulkan. Bisa jadi dari pendidikannya dan bisa juga dari hal kepercayaan untuk memegang apa yang diucapkannya.

            Penulis melihat dari kedua teori yang digunakan dalam tulisan ini sangat erat dengan kasus yang dialami oleh Setya Novanto. Dari teori efek media misalnya, sangat jelas adanya kekuasaan dari media untuk menguasai penonton tanpa disadari. Penonton diberikan tayangan yang tanpa sadar membentuk pola pikir sehingga bisa menutup pikiran positif dari penonton. Penonton yang seharusnya aktif bisa menjadi penonton yang pasif jika terbawa oleh media. Media yang digunakan tidak hanya televisi saja, media sosial lainnya juga ikut menanamkan hal yang sama. Dari line, facebook, twitter dan juga instagram misalnya. Kita bisa menemukan berbagai macam berita dan juga hal-hal terkait Setya Novanto dan kebayakan beritanya berdasarkan sudut pandang yang sama yaitu mengenai keburukan Setya Novanto. Dari teori pelanggaran harapannya, bisa dilihat oleh kekecewaan masyarakat yang ditunjukkan oleh demo dan juga pemasangan spanduk di tengah jalan. Banyak spanduk yang menunjukkan mememinta keadilan dan juga meminta ketegasan dalam menangani kasus Setya Novanto ini. Hal ini dikhawatirkan akan membangun rasa kecewa yang berlebihan sehingga masyarakat menjadi tidak percaya lagi dengan politik di Indonesia ini.

            Dari apa yang telah penulis paparkan sebelumnya mengenai kasus dan juga keterkaitan teori yanga da, penulis ingin mengajak masyarakat untuk tidak hanya meihat dari satu sudut pandang saja. Setiap persoalan yang ada pasti memiliki penyebab dan biasanya penyebab yang terlihat bukanlah penyebab yang sebenarnya. Ditakutkan jika kita terus termakan informasi yang ada dan ternyata salah maka akan membuat trauma yang ebrdampak pada pola pikir yang salah. Mari melihat dan mengkritisi fenomena yang ada dengan cermat dan dengan kepala dingin, jangan termakan oleh suara mayoritas semata. Sebagai masyarakat kita memiliki peran yang begitu penting dalam meningkatkan kesejahtaeraan negara. Dengan partisipasi mengkritisi feomena yang ada maka akan membuat negara aman tentram.

* Afra Avelina Ulan, Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Daftar Pustaka

Griffin, Em, Andrew Ledbetter dan Glenn Sparks. (2015). A first look at communication             theory, ninth edition. McGraw-Hill Educatin: New York

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun