Pada lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal dan nonformal, dalam pendidikan prestasi akademik siswa merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa rendahnya prestasi akademik siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor lain (Arikunto, 1990: 21).
Oleh karena itu, guru di sekolah diharapkan memahami karakteristik siswa yang berbeda. Karena beberapa siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik tanpa kesulitan, tetapi sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, perlu untuk tetap berpegang pada strategi pembelajaran. Menurut Sanjaya's Komza (2007), strategi pembelajaran berarti bahwa setiap kegiatan yang dipilih meliputi kemampuan memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
PEMBAHASAN
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses mengajar yang ditandai dengan kesulitan dalam tugas akademik atau penguasaan topik yang diajarkan kepada siswa (Nasrulloh & Islamicin, 2019: 363).Sedangkan menurut Mulyono (2012: 47) kesulitan belajar merupakan gangguan pada satu atau lebih proses mental yang mendasar, termasuk memahami dan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.Â
Terlihat bahwa kesulitan belajar siswa yaitu siswa terkadang dapat menerima pembelajaran dengan cepat, dan terkadang siswa mengalami kesulitan untuk menerima pembelajaran yang kesemuanya dapat terjadi karena konsentrasi atau kurangnya konsentrasi dari setiap siswa, yang dapat dikatakan lambat belajar.
Dikarenakan kesulitan belajar siswa, tutor atau guru kelas dituntut berperan dalam membantu perkembangan belajar atau memotivasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Adanya kendala atau faktor tertentu menunjukkan kesulitan belajar siswa untuk mendapatkan efek belajar yang terbaik.
Hambatan dan faktor tersebut dapat berupa faktor fisik, psikologis maupun sosial yang menyebabkan prestasi akademik siswa menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran setiap siswa tidak dapat terlaksana secara maksimal. Oleh karena itu, untuk menemukan masalah dan mencari solusi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan bimbingan.
Dalam Peter dan Chen Lin (1982), diketahui bahwa secara kognitif dan emosional, bimbingan belajar bermanfaat bagi kedua belah pihak dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Tutoring merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan di sekolah untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta mampu menyelesaikan mata pelajaran dan mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Prayitno (2004: 279), bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang sangat penting untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu dalam proses bimbingan belajar menjadi suatu layanan pengembangan diri yang berkaitan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, sesuai dengan kecepatan dan kesulitan belajar siswa menggunakan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Menurut Ahmad & Rohani (1991: 108), bimbingan belajar merupakan suatu bantuan kepada siswa yang bertujuan untuk membuat pilihan, melakukan penyesuaian, dan memecahkan masalah belajar yang dihadapi siswa.
Dalam hal ini, tutor atau guru kelas dapat memberikan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, seperti pekerjaan rumah, pemahaman belajar yang kurang memadai, di bawah rata-rata, kurangnya sarana dan prasarana atau media. Pada dasarnya tujuan bimbingan belajar adalah: