 Memilih bekerja sebagai penulis otomatis membuat saya kerap duduk berlama-lama di depan komputer. Tidak hanya satu atau dua jam, tetapi bisa lebih dari lima jam. Kondisi itu tak urung memberikan efek samping pada tubuh saya. Saya mulai saking punggung dan pinggang. Semula tidak terlalu kentara, lama-lama kok sakitnya semakin menyengat. Akhirnya tidak hanya pekerjaan menulis saja yang terganggu, kegiatan harian seperti mengepel dan menyapu juga kena imbasnya. Saya tidak kuat melakoni pekerjaan itu lama-lama.
Tidak hanya bagian punggung dan pinggang, leher dan mata saya pun jadi korban. Mata terasa kering, perih, dan  sulit sekali fokus. Leher serta pundak saya terasa kaku dan sakit. Situasi itu membuat saya tidak nyaman menatap layar komputer. Namun, kala itu saya masih belum sadar. Saya menganggap itu akan adalah hal biasa, akan hilang keesokan harinya. Sayangnya tidak, besoknya saat saya duduk di depan komputer dan hendak menulis rasa sakitnya semakin terasa. Mata tak mau diajak kompromi. Leher apalagi. Sewaktu saya memaksakan diri, kepala saya justru sakit disertai rasa mual dan muntah.
Belum beres masalah itu, bagian tangan saya ikut-ikutan protes. Pergelangan tangan terasa sakit bila digunakan untuk mengetik. Bila digunakan menyapu, pergelangan terasa nyeri. Â Kondisi ini membuat saya panik. Saya tak mengerti apa yang terjadi dengan diri saya. Untuk memenuhi rasa penasaran akhirnya saya mencari tahu lewat Google. Dari situ saya tahu bahwa problem yang saya alami berpangkal pada kebiasaan duduk berlama-lama di depan komputer tanpa diselingin kegiatan lainnya, semisal olahraga. Yang lebih menakutkan, ternyata gangguan lain mengintai karena kebiasaan buruk tersebut. Antara adalah kelebihan kolesterol, obesitas, penuaan otot, diabetes, kanker, dan sakit jantung.
Bugar dengan Yoga
Mengetahui banyak hal negatif karena duduk terlalu lama di depan komputer, saya pun melakukan perubahan. Saya tidak ingin kesehatan saya terampas oleh kegemaran saya. Saya mulai mengubah kebiasaan saya bekerja di depan komputer. Saya selalu menyediakan air minum di atas meja kerja. Sesekali melakukan stretching ringan di tempat. Seperti menggerakkan leher ke kiri dan kanan, meregangkan kaki dan tangan, menggerakkan bahu, juga gerakan mengepal-ngepal jari. Bila mulai bosan saya bangkit dan jalan-jalan saja di seputar rumah, melihat hijau-hijauan seraya menenangkan mata yang lelah. Â Â Â Â Â Â
Saya pun mulai memasukkan yoga dalam jadwal harian saya. Bukan tanpa alasan saya memilih olahraga ini. Tubuh saya cenderung gemuk. Dengan tinggi kurang dari 150 cm dan bobot  70 kg, berat bagi saya berolahraga lari. Bukannya nyaman, rasanya malah sakit karena lutut terbebani bobot tubuh saya. Berenang atau bersepeda statis juga tidak bisa saya lakukan. Saya tidak bisa berenang sementara harga sepeda statis ternyata cukup mahal.
 Akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya pilih yoga saja. Yoga cenderung tidak ngoyo seperti aerobik atau lari, tetapi manfaatnya besar sekali. Lebih penting lagi saya bisa melakukan kapan saja di rumah, jam berapa saja, sesuai waktu luang saya. Jadi saya tidak terpaku jadwal baku di klub-klub senam atau klub-klub kebugaran.
Tentu saja, karena tubuh saya tidak terlatih berolahraga saya memulai dengan yoga untuk pemula. Ada beberapa pose yoga yang biasa saya lakukan yaitu mountain pose (tadasana), tree pose (vrksasana), warrior (virabhadrasana), downward facing dog (adho mukha svasana), child's pose (balasana), brigde pose(setu bandhasana),dan corpse pose(savasana). Pose-pose tersebut memiliki manfaat  sebagai berikut :
1. Mountain pose (tadasana)
Baik untuk peregangan dan melatih fleksibilitas tubuh. Selain itu baik juga untuk menguatkan otot perut dan melancarkan peredaran darah
2. Tree Pose (vrksasana)
