Mohon tunggu...
Afi Khoirunnisa
Afi Khoirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga

Just trying to do her thing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hijab, Kewajiban atau Kebebasan?

13 Mei 2024   18:36 Diperbarui: 13 Mei 2024   18:37 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar tentang Camillia Laetitia Azzahra atau yang biasa dipanggil Zarra, putri dari Ridwan Kamil mantan Gubernur Jawa Barat yang memutuskan untuk melepas kerudungnya. 

Pro kontra datang menghujani Zarra. Adu dalil pun terjadi, bersaing siapa yang paling benar dan yang paling mengerti soal agamanya. Zarra membuat statement seorang muslim adalah mereka yang melakukan syariat ajaran agama dari hati. Bila dimasa depan ia memutuskan memakai kerudung lagi, hal itu harus datang dari pencarian keyakinannya sendiri bukan dari permintaan lingkungan atau orang lain.

Ketika saya kecil, saya tidak mengenal istilah hijab. Saya lebih mengenal istilah kerudung. Sesuatu yang saya kenakan bila ingin mengaji, pergi ke sekolah, pergi ke luar rumah, dan aktivitas lainnya tanpa tau mengapa saya harus memakainya. Saya hanya diminta Ibu untuk mengenakan kerudung. Lambat laun pertanyaan itu pun terjawab. 

Guru saya berujar bahwa itu adalah kewajiban saya, menutupi aurat menggunakan kerudung. Kemudian saya mengenal istilah hijab, untuk orang lain hijab sama saja seperti kerudung tapi dalam benak saya hijab dan kerudung adalah hal yang berbeda namun masih dengan tujuan yang sama. Ketika remaja saya mulai mengaji kitab, disana saya menemukan kata hijab yang dimaknai sebagai sesuatu yang menghalangi pandangan atau akses terhadap sesuatu.

Manusia bertumbuh manusia berproses. Mereka mepertanyakan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Saya adalah manusia maka pertanyaan pun muncul, mengapa saya harus menutup aurat? mengapa itu sebuah kewajiban? sama seperti Zarra, saya juga merenungi makna hijab bagi diri saya. 

Namun sayang, lingkungan saat itu tidak terlalu suportive untuk merawat jiwa-jiwa filsuf ini. Saya dibungkam dengan narasi haramnya mempertanyakan titah Tuhan. Kemanapun saya mencari, saya disodorkan jawaban bahwa saya menutupi aurat untuk membantu mengendalikan hawa nafsu kaum adam, untuk melindungi saya dan kehormatan saya dari nafsu mereka. 


Batin saya tergoyahkan. Apakah benar ini Islam yang memuliakan perempuan? yang mengangkat derajat perempuan, yang mengumpamakan surga ada di bawah telapak kaki seorang perempuan? mengapa saya yang harus bertanggung jawab akan hal semenjijikkan nafsu adam yang sewaktu-waktu dapat lepas liar menerkam entah siapa?. Narasi barat pun muncul, berteriak bahwa hijab adalah paksaan terhadap perempuan. Semakin mengoyak keyakinan saya.

Namun, hanya karena sesuatu belum bisa dijawab belum tentu hal itu adalah buruk. Menyambut umur saya yang ke-20 saya menjumpai sebuah video. Dalam video tersebut bercerita seorang wanita tentang pemaknaanya akan hijab. "For me and people like me, hijab is liberation. Because that's how we limit other peoples access to our bodies. I am not for everyone's consumption";

"Bagi saya dan orang-orang seperti saya, hijab adalah kebebasan. Karena itulah cara kami membatasi akses orang lain terhadap tubuh kami. Saya bukan untuk konsumsi semua orang."

Begitu melegakan pikir saya. Inilah jawaban yang saya cari selama ini. Hidup mengantarkan saya pada Universitas Rajanya Timur Djawa Dwipa, Universitas Airlangga. Saya dirawat FISIP selayaknya anak kandung, darah daging sendiri. Saudara saya disana membantu saya menemukan makna hijab lewat keterbukaan mereka akan diskusi-diskusi yang saya sodorkan. Kehausan saya akan rekan bertukar pikiran dilegakan disini. Mereka menguatkan saya, membantu memperbaiki keyakinan saya.

Meski memang ada dalil kewajiban untuk menutup aurat, bukankah juga ada dalil bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan memaksa hambanya? Allah tidak membutuhkan hambaNya, hamba lah yang membutuhkan Tuhannya. Allah memberikan kebebasan untuk seorang hamba memilih, apakah itu bisa disebut paksaaan?. Allah tidak membutuhkan hijab saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun