Mohon tunggu...
Afif MuhammadRifaldi
Afif MuhammadRifaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

life is love

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Kebudayaan Jawa

17 Januari 2021   23:17 Diperbarui: 17 Januari 2021   23:27 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Kebudayaan, perubahan sosial, dan agama merupakan tiga konsep besar yang menjadi topik pembahasan dalam diskusi-diskusi keilmuan. Kebudayaan telah menjadi konsep utama dan salah satu tema yang paling banyak dibahas baik dalam disiplin ilmu anthropologi atau diskusi-diskusi mengenai sejarah, budaya, dan peradaban, mengingat fokus perhatian masyarakat atau komunitas yang dalam perjalanan sejarahnya mengalami dinakmika yang berbeda-beda antara masyarakat satu dengan yang lain, hal inilah yang mengakibatkan pembahasan mengenai perubahan menjadi tidak terhidarkan.  Sementara agama --terlebih jika berkaitan dengan hubungan kebudayaan atau kepercayaan tradisional masyarakat lokal, juga menjadi isu yang bahkah hinga saat ini masih banyak menjadi topik diskusi para akademisi atau pun peneliti. Bahkan, dalam masyarakat sendiri, kebudayaan memiliki variasi sebagai hasil dari pengalaman hidup dan interpretasi beragam, baik manusia sebagai sebuah kelompok masyarakat atau individu yang menjadi bagian dari anggota masyarakat.

Selain itu, kebudayaan juga merupakan salah satu aspek terpenting yang menjadi bukti adanya suatu peradaban. Kebudayaan Jawa memiliki peranan penting bukan hanya sebagai adat kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat lokal, melainkan juga sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada masyarakat dalam upaya pendidikan etika dan moral masyarakat dari generasi ke generasi secara turun temurun.

Keywords: Islam, Kebudayaan Jawa, Akulturasi

Pendahuluan

Jauh sebelum Islam masuk di tanah Jawa, masyarakat Jawa banyak menganut budaya paham Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa setiap benda memiliki roh. Tujuan dari Animisme adalah mengadakan hubungan dengan roh-roh yang dihormati untung menyenangkan hati bahkan hingga meminta perlindungan dari bencana atau bahaya. Sedangkan, Dinamisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah terlebih dahulu meninggal dan menetap di tempat-tempat tertentu, semisal: pohon; kaki gunung; batu; sungai; sendhang; hutan; pantai, dll.

Sesudah agama hindu masuk di Tanah Jawa pada awal tahun Masehi atau agama Budha masuk di Tanah Jawa bersamaan dengan datangnya Ajisaka, masyarakat Jawa mulai beralih kepercayaan dari Animisme dan Dinamisme ke agama Hindu atau Budha. Meski demikian, kepercayaan lama masyarakat jawa tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena telah mengakar kuat dalam jiwanya. Akhirnya, kepercayaan lama dengan kepercayaan baru tersebut mengalami proses Akulturasi budaya.

Begitu juga ketika Islam mulai masuk ke Jawa, pertemuan antar dua kebudayaan ini --yakni kebudayan Jawa dan kebudayaan Islam, pun tidak dapat dihindarkan. Jika melihat historis kebudayaan yang dianut oleh masyarakat, baik yang bercorak kepercayaan Animisme-Dinamisme atau pun Hindu-Budha tentu banyak di antaranya yang dianalisir bertolak belakang dengan Islam. Akulturasi Islam dan budaya jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur, seni satra, seni pagelaran, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar di kalangan masyarakat. Melalui akulturasi budaya inilah nilai-nilai ajaran Islam ikut andil memperkaya nilai luhur yang ada, dan oleh para wali akulturasi budaya menjadi salah satu sarana dakwah dalam upaya penyebaran agama Islam dan panaman prinsip hidup kepada masyarakat Jawa.

Masyarakat Jawa, budaya, dan keagamaannya

Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyarakat jawa merupakan salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun mengunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagiab besar pulau Jawa (Herusatoto, 1997: 10). Di Jawa sendiri selain berkembang masyarakat Jawa juga berkembang masyarakat Sunda, Madura, dan masyarakat-masyarakat lainnya. Pada perkembangannya masyarakat jawa tidak hanya mendiami pulau Jawa, tetapi kemudian menyebar di hampir penjuru Nusantara. Meski begitu, masyarakat Jawa ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan kelompok masyarakat lainnya.

Sebagian besar masyarakat Jawa sekarang ini menganut agama Islam. Di antara mereka masih banyak yang mewarisi agama nenek moyangnya, yakni beragama Hindhu atau Buddha, dan sebagian lain ada yang menganut agama Nasrani, baik Kristen maupun Katolik. Khusus yang menganut agama Islam, masyarakat Jawa bisa dikelompokkan menjadi dua golongan besar, golongan yang menganut Islam murni (sering disebut Islam santri) dan golongan yang menganut Islam Kejawen (sering disebut Agama Jawi atau disebut juga Islam abangan). Masyarakat Jawa yang menganut Islam santri biasanya tinggal di daerah pesisir, seperti Surabaya, Gresik, dan lain-lain, sedang yang menganut Islam Kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelen (Koentjaraningrat, 1995: 211).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun