Mohon tunggu...
Afifatul Khoirunnisak
Afifatul Khoirunnisak Mohon Tunggu... Petani - Sarjana Pertanian

Menikmati perjalanan hidup dengan belajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jawaban atas "Ke Mana Saja Sarjana Pertanian Perempuan?"

14 Januari 2021   23:43 Diperbarui: 15 Januari 2021   06:24 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi petani perempuan (sumber: pixabay.com)

"Resiko di lapang itu besar. Mungkin itu yang jadi pertimbangan nggak dibutuhkan tenaga perempuan."

Yah, ada benarnya meskipun nggak semuanya tepat.

Padahal dari segi pendidikan tidak terkotak-kotakkan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan mendapatkan pendidikan yang setara, mendapatkan materi yang sama. Dalam hal ini tidak ada jaminan bahwa perempuan kurang kompeten dibandingkan laki-laki. Namun, fakta di lapang masih dikotak-kotakkan secara gender.

Apabila pada masa lampau, mayoritas petani perempuan memiliki pendidikan yang rendah sehingga kurang memiliki andil dalam pengambilan keputusan, saat ini pun tidak jauh berbeda. Kendati demikian mulai ada harapan ketika banyak perempuan lulusan pertanian - yang harapannya dapat memberikan sumbangsih dalam pertumbuhan sektor pertanian. Namun lagi-lagi dihadapkan dengan kenyataan susahnya mencari kerja di bidang pertanian atau masih sedikitnya wadah untuk lulusan pertanian.

Tidak semua mahasiswi yang mengambil jurusan pertanian mempunyai lahan sendiri yang bisa digarap ketika sudah lulus. Menciptakan sendiri lapangan pekerjaan? Tidak semua freshgraduate mempunyai keberanian untuk mengambil resiko tersebut. Akhirnya karena berbagai tuntutan hidup, banyak lulusan yang mengambil pekerjaan di luar bidang pertanian. Mungkin itu juga menjawab pertanyaan "Kemana saja sarjana perempuan pertanian?" mengingat sektor pertanian di Indonesia cukup tertinggal.

Lantas, apa yang perlu dilakukan?

Berbicara soal pertanian memang sangat kompleks. Tidak hanya bisa diselesaikan oleh satu pihak. Sebenarnya pemerintah juga telah mengeluarkan terobosan-terobosan untuk meningkatkan kualitas pertanian. Namun kurang efektif apabila tidak diimbangi dengan SDM yang memadai.

Selain itu, juga masih perlu dibenahi tentang sistem yang sudah melekat di sektor pertanian, seperti peran perempuan yang seakan termarginalkan. Harapannya juga semakin luas ruang berkespresi bagi lulusan pertanian. Sehingga setelah lulus banyak yang membantu di sektor pertanian.

Menjadi salah satu resolusi di awal tahun. Semoga persoalan-persoalan tersebut dapat teratasi dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Malang, 14 Januari 2021

Afifatul Khoirunnisak

Tulisan ini pernah tayang di jatimsatunews.online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun