Mohon tunggu...
Afifa Liza
Afifa Liza Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations

Whatever you are, be a good one.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negosiasi dalam Diplomasi Islam (2)

11 September 2022   20:15 Diperbarui: 11 September 2022   20:17 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemberian gelar kepada Nabi Muhammad sebagai Al-Amin (yang terpercaya) dan mengakui bahwa Nabi Muhammad sebagai arbitrator yang hebat karena berhasil meredam pertumpahan darah pada saat itu tidak membuat Nabi Muhammad mendapat dukungan yang baik dalam penyebaran agama Islam, malahan mereka menyerang ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad.

Rasulullah menerima wahyu pertamanya pada saat beliau berusia 40 tahun. Perjalanan dakwah ini pada awalnya memang diadakan secara sembunyi-sembunyi, karena Nabi Muhammad sendiri tahu bagaimana karakteristik Suku Quraisy. Setelah 3 tahun dilewati, akhirnya Nabi Muhammad mendapatkan perintah untuk menyampaikan dakwah ini secara terang-terangan.

Pertemuan pertama diadakan di hadapan 40 orang Quraisy, namun Rasulullah belum sempat menyampaikan wahyu yang Allah turunkan kepadanya, Abu Lahab langsung mengeluarkan perkataan kasar yang menyebabkan orang-orang yang berkumpul menjadi bubar sebelum Rasulullah mengutarakan apa misi yang dibawanya.

Tentunya, Rasulullah tidak berhenti sampai di sana, Rasulullah turut mengadakan jamuan makan kepada orang-orang Suku Quraisy terkhusus pada keluarganya, namun semua orang yang ada disana hanya diam. Ali bin Abi Thalib, pemuda yang hadir turut merespons ajakan Rasulullah dengan baik. Para orang tua lainnya hanya mencemooh dan meninggalkan ajakan Rasul. Tetap saja, misi dakwah Rasulullah tidak berhenti karena penolakan tersebut.

Di hari selanjutnya, Nabi Muhammad membawa misi itu di depan umum, beliau berdiri di atas sebuah lembah dan menyerukan "Wahai anak-anak Abdul Mutthalib" kemudian beliau menyebutkan seluruh suku yang ada satu persatu dan berkata, "Saya mengajak kalian semua untuk beriman pada Allah dan saya memperingatkan kalian dari siksa-Nya". Tak disangka, respons yang diterima begitu baik dan tak ada seorang pun yang beranjak dari tempat itu bahkan balik menyerang dengan kata-kata kasar. Namun, pada saat Rasulullah menyebutkan sesembahan mereka, reaksi penolakan pun bermunculan dan menganggap Rasulullah sebagai Musuh.

Beberapa orang pimpinan Quraisy mendatangi Abu Thalib, karena hanya Abu Thalib yang memberikan perlindungan kepada Rasulullah. Tentunya, Abu Thalib merasakan beban yang berat dan sangat tertekan, namun saat itu Abu Thalib berusaha memberikan jawaban yang dapat mendamaikan hati para pimpinan Quraisy.

Namun, orang-orang Quraisy tahu dan sadar, bahwa Abu Thalib tidak akan menarik dukungannya kepada Rasulullah. Mereka berusaha keras menghentikan dakwah Rasulullah di Mekkah dengan satu-satunya jalan yang dianggap mungkin ialah menghasut masyarakat dan menyerang serta memusuhi Rasulullah dan para pengikutnya.

Perbincangan mengenai Nabi Muhammad tampaknya tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Berbagai opini yang tidak berdasar menyebar dimana-mana. Mereka bahkan menyebut Nabi Muhammad sebagai Kahin (Tukang ramal, paranormal, dukun). Namun, ini dibantah karena beberapa mengatakan bahwa 'dia bukan seorang paranormal yang terbiasa komat-kamit dan bicara seperti paranormal'. Ada pula yang mengatakan bahwa dia kerasukan jin. Namun, yang lain membantahnya, karena dia tidak memiliki ciri-ciri orang yang seperti kemasukan jin. Berkembang pula opini yang mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair. Lagi dan lagi, pernyataan ini dibantah, karena ungkapan yang keluar dari mulutnya berbeda dengan gaya dan syair yang berkembang di masyarakat. Berbagai argumen dilontarkan pada setiap kejadian.

Hal ini menjadikan Nabi Muhammad sangat terkenal dan bisa diterima ungkapannya secara baik dan rasional. Namun, kembali lagi, tantangan yang dijalaninya sungguh sangat berat dan terkesan lambat. Provokasi tak berhenti begitu saja dan kian semakin gencar. Pada akhirnya, didorong oleh kepentingan, petinggi Quraisy melakukan negosiasi dan mengajukan berbagai permintaan untuk membendung perkembangan misi yang di bawa Rasulullah.

Namun, Rasulullah bukanlah orang yang seperti itu, yang diinginkannya bukanlah uang, kehormatan, ataupun kedudukan. Perdebatan terus berlangsung dan orang-orang Quraisy tampaknya kehilangan kesabaran dan mereka melakukan serangan dan kekerasan kepada setiap orang yang mengaku Muslim. Mirisnya, perlakuan kejam ini bukan hanya berlangsung seminggu, namun berlangsung tiga belas tahun. Nabi Muhammad saat itu bukanlah pemuda yang masih penuh dengan vitalitas muda, beliau telah berusia 53 tahun yang harus menghadapi siksaan yang beragam dari suku Quraisy Mekkah.

Referensi
Afza Iqbal. Diplomasi Islam. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2000

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun