Mohon tunggu...
Afif Sholahudin
Afif Sholahudin Mohon Tunggu... Konsultan - Murid dan Guru Kehidupan

See What Everyone Saw, But Did Not Think About What Other People Think

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dakwah Digital Era Milenial: Antara Peluang dan Tantangan

12 Agustus 2021   10:28 Diperbarui: 12 Agustus 2021   10:36 5858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Generasi dapat dikatakan sekumpulan orang yang lahir dan tinggal dalam waktu yang sama, biasanya terjadi perbedaan antar generasi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, pengaruh sosial dan budaya, suasana ekonomi dan politik. Dikarenakan hal itu, maka manusia yang lahir dari tahun tertentu ke tahun tertentu dikatakan sebagai satu generasi. Ada yang mengatakan bahwa milenial tidak berhubungan dengan usia tertentu, milenial berkaitan dengan zaman di mana sebuah generasi lahir dan bertumbuh. Namun pada umumna mendefinisikan milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1980-1995, atau mereka yang saat ini berada di usia 26 tahun hingga 40 tahun.

Milenial banyak diperbincangkan karena karakternya yang unik dan berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi milenial lahir pada saat terjadi lompatan teknologi yang sangat cepat, masuknya revolusi industri 4.0, hingga penggunaan akses internet di berbagai berbagai tempat yang dinamakan Internet of Things (IoT). Di antara generasi sebelumnya adalah: (1) Silent Generation. Generasi yang lahir tahun 1925-1942, mungkin tersisa kurang dari 5% angkatan kerja; (2) Generasi Baby Boomers. Generasi yang lahir tahun 1943-1960, periode pergerakan revolusi sosial; (3) Generasi X. terlahir dalam kurun tahun 1961-1980, mereka lahir dalam kondisi ragam tantangan seperti meningkatnya perceraian, pemecatan perusahaan, ortu yang bekerja di luar rumah. Generasi ini dikenal independen, gaya bekerja yang transaksional, agak sinis dan mudah beradaptasi.

Generasi milenial adalah generasi setelahnya, sering dinamakan Generasi Y. Mereka lahir ketika dihadapkan pada 4 tren yang sedang terjadi, yakni: internet, kelimpahan, keanekaragaman, dan peningkatan status. Pertama, Internet menjadi lilngkungan hidup generasi milenial, di mana informasi tidak harus dicari melainkan datang sendiri ke smartphone kita. Mereka tidak suka administratif yang berbelit-belit dalam birokrasi. Terlihat unproceduran namun justru melahirkan banyak inovasi dan temuan baru untuk memenuhi keinginan manusia. Kedua, kelimpahan dan kemudahan. Milenial hidup di masa sesuatu yang dahulu dilakukan sulilt kini mudah. Belanja hanya tinggal sentuhan jari, tidak hanya mudah namun juga murah. Ketiga, keanekaragaman. Mereka hidup dalam berbagai lingkungan etnis, partai, agama, perbedaan selera hingga munculnya profesi-profesi baru. Dengan adanya media sosial tidak menjadikan seseorang sebagai warga negara, tapi Warga Dunia. Milenial tidak heran dengan perbedaan, status jabatan, dll. Keempat, peningkatan status. Dulu tidak semua keluarga bisa menikmati kendaraan, kini menjadi sebuah kewajaran jika keluarga baru sudah mengimpikan kendaraan roda 4. Semakin banyak orang tua yang beraktifitas di rumah sehingga generasi milenial lebih intens berkomunikasi dan mencari hiburan bersama generasi yang lebih tua. Dampaknya, dalam dunia kerja hubungan hierarkis atau sikap hormat kepada atasan berkurang, bahkan hilangnya tata krama kepada orang tua.

Milenial menjadi target generasi yang sangat "sexy" dilirik oleh para produsen, penyedia layanan khusus, hingga perusahaan pemberi lapangan kerja. Generasi milenial menjadi salah 1 dari 5 tren yang mempengaruhi masa depan dunia kerja atau pekerjaan. 4 tren lainnya adalah: globalisasi, teknologi, perilaku, dan mobilitas baru. Dalam sebuah penelitian didapatkan data bahwa pada tahun 2020, 50% tenaga kerja diperkirakan akan disumbang dari generasi milenial, dan pada tahun 2025 angka itu diprediksi meningkat menjadi 75% dari tenaga kerja. Potetnsi yang besar itu sampai pemerintah pernah memperhatikan peluang ini dengan menunjuk 9 orang menjadi staf khusus kepresidenan, terlepas dari pro dan kontra pengangkatan anak muda ini.

Berdasarkan data sensus BPS (tempo.co 23/1/2021) diketahui jumlah penduduk Indonesia tahun 2020 didominasi oleh Generasi Z dan generasi milenial. Didapati jumlah Gen-Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara 27,94 persen dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen. Disebutkan pula generasi Post-Gen Z (atau lebih dikenal Generasi Alpha) yang lahir setelah tahun 2013 mencapai 10,88 persen.

Millennials Power

Zaman milenial adalah zaman kemajuan teknologi. Berkirim pesan kini sudah tidak lagi menggunakan surat bertandakan perangko, hanya dengan menyentuh layar semua dapat dikerjakan. Kalau teknologi merupakan sarana perangkat atau sistem, maka internet adalah jaringan yang menghubungkan perangkat dan sistem-sistem tersebut. Kemudahan ini tidak dirasakan dalam bentuk komunikasi, namun juga sarana mendapatkan informasi. Mungkin anak-anak milenial lebih memilih bertanya kepada Mbah Google daripada harus lama-lama membuka beberapa buku yang tersimpan di lemarinya, itupun kalau mereka punya buku. Karena kondisi buku itu sendiri sudah banyak ditransformasikan menjadi e-book.

Menurut data survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Teknopreneur tahun 2017, generasi milenial mendominasi jajaran pengguna internet di Indonesia. dari sisi alat yang digunakan, smartphone/tablet menjadi gadget yang paling digandrungi dengan persentase 44.16%, PC/laptop sebanyak 4,49%, dan keduanya sebanyak 39,28%. Generasi milenial menjadi generasi yang paling melek internet, dan paling mendominasi jumlah pengguna sosial media. Silahkan buka berbagai platform media banyak diisi oleh para influencer muda, content creator, traveler, beauty vlogger, food reviewer, bahkan komika (stand up comedy) kebanyakan dari generasi milenial. Termasuk followers dan subscribers tidak jauh-jauh dari generasi milenial atau setelahnya. Generasi ini saking gatelnya dengan gadget dan media sosial, sampai merasa tidak lengkap jika terlewat pasang status, update story, posting foto, dll.

Bersamaan dengan meningkatnya penggunaan internet dan media sosial, e-commerce dan online shop menyesuakan dengan memberikan kemudahan transaksi. Ditawarkan deksripsi lengkap beserta foto dan video, perbandingan harga, fitur nego, product review, hingga ongkir yang murah bahkan bisa gratis. Kalau diperhatikan, perilaku konsumsi milenial tidak hanya mendorong pertumbuhan dunia e-commerce, namun juga mendorong tumbuhnya bisnis periklanan digital. Semakin menurunnya konsumsi televisi sejak tahun 2012, banyak orang menghabiskan waktu dengan gadget dan berselancar di dunia internet. Tidak heran jika melalui internet seseorang dapat mengonsumsi informasi lebih banyak dibandingkan menonton televisi. Iklan yang kita promosikan di platform media sosial pun bisa muncul sesuai dengan selera kita sang pengguna, dan dapat diatur kemunculan iklan sesuai dengan beragam minat sang pengguna media sosial. Ini yang menjadi jalan kecanggihan teknologi dalam sebuah big data dengan metode algoritma.

Generasi milenial menjadi generasi yang cepat bosan sehingga tertarik pada hal-hal baru yang bagus dan unik. Jika ada sekelompok anak muda berencana kumpul di kafe, maka mereka akan memilih kafe yang yang pelayanannya berbeda, terdapat spot-spot foto yang disebut instagramable, mungkin suatu kafe mereka pilih bukan karena kualitas makanan yang ditawarkan, tapi karena fasilitas yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun