Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Serupa Penakut atau Pemalu?

21 Februari 2018   17:29 Diperbarui: 21 Februari 2018   17:46 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki kepribadian yang pemberani adalah dambaan setiap orang. Banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Namun sebagian besar usaha mereka gagal dalam menjangkau bawah sadar mereka. Karena semua sumber dari perasaan adalah bawah sadar.

Pasti kita pernah merasakan bagaimana menyembunyikan perasaan takut atau malu, tetapi kita tidak bisa melenyapkan perasaan itu begit saja. Semakin kita menolak pasti semakin kuat perasaan tersebut. Sifat penakut dan pemalu merupakan sisi negatif dari sifat seseorang. Terkadang sampai kita sulit membedakan, apakah kita dalam keadaan takut atau malu?.

Terkadang sifat penakut dan pemalu terefleksi serupa, namun sebenarnya dari keduanya ada perbedaan. Anak yang pemalu biasanya tidak nyaman ketika mereka berda dilingkungan baru, akan tetapi ketika sudah saling kenal mereka akan membaur dan tidak canggung lagi. Sedangkan anak yang penakut, biasanya mereka tidak mau tampil dan enggan beraktivitas karena kurangnya percaya diri, dan merasa mereka tidak mahir dalam hal tersebut.

Jika sifat penakut dan pemalu dibiarkan begitu saja maka akan menjadi kendala di masa depan mereka. Mereka cenderung menyembunyikan diri dari hadapan publik, padahal sebenarnya mereka berbakat, bertalenta, pemberani (bukan dalam hal fisisk) dan mampu membaur dengan lingkungan sekitar. Apa yang dilakukan orang tua akan menjadi panutan bagi anak. Jadi pastikan sebagai orang tua harus memberikan contoh sifat-sifat positif. Jika kita tidak mampu melaukannya coba taklukan hal tersebut, agar tidak dicontoh oleh anak nantinya.

Cara apa saja yang harus ditularkan kepada anak agar tidak tumbuh sifat pemalu dan penakut?

Pertama, tumbuhkan sifat pemberani dalam diri anak, akan tetapi pemberani bukan dari kategori fisik. Ceritakan kepada mereka tentang kisah-kisah yang penuh inspiratif. Bergaulah dengan orang-orang yang mempunyai keberanian yang tinggi, pelajari mereka bagaimana cara menjalani kehidupan, mengatasi masalah, dan mengatasi situasi-situasi lain. Maka dalam hal tersebut anak akan terinspirasi bahkan lebih bersemangat dan menjadi anak yang pemberani.

Kedua, umumnya orang tua akan melindungi anaknya akan tetapi dalam hal ini orang tua harus mengurangi keinginan dan keinginan untuk selalu melindungi mereka di setiap waktu. Misalnya, suruh mereka pergi ke warung yang berada di dekat rumah, akan tetapi orang tua juga harus mengawasi dari kejauhan. Maka dari hal tersebut anak akan lebih percaya diri dan tidak takut ketika berada di lingkungan luar rumah.

Ketiga, kita harus menerima diri kita apa adanya. Jangan merasa ada minder atau ada yang kurang. Jadikan kekurangan sebagai kelebihan. Dan jangan pernah sedikitpun untuk menutupi kekurangan karena akan menumbuhkan sifat pemalu dan penakut dari dalam diri.

Keempat, coobalah sesuatu yang baru. Jika kita melakukan sesuatu yang baru tentu wawasan kita akan bertambah. Pada akhirnya kita akan memiliki pemahaman tidak ada yang tidak mungkin tidak bisa kita lakukan, jika mereka bisa maka kita juga bisa. Karena pada dasranya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Banyak lagi cara yang dapat dilakukan agar tidak tumbuh rasa penakut dan pemalu dari dalam diri. Tapi kita juga tidak bisa menghilangkan dalam waktu singkat begitu saja. Semua akan lebih mudah jika ada kemauan dari dalam diri untuk lebih bereksplor dan dukungan dari keluarga akan menjadi faktor utama bagaimana agar tidak tumbuh sifat penakut dan pemalu.

"kesulitan bisa menghancurkan orang, tetapi juga bisa membentuk kepribadian. Tidak ada kapak yang cukup tajam untuk memotong jiwa seseorang yang berdosa dan terus mencoba, seorang yang dipersenjatai dengan harapan ia akan bangkit sampai akhir"

Semoga bermanfaat J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun