Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... Jurnalis - MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kreativitasku Terkunci di Dalam Ruang Ambisi Orangtuaku

19 Oktober 2020   05:54 Diperbarui: 19 Oktober 2020   06:02 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : jitunews.com

Pah, mah. Papah sama mamah selalu menyuruhku untuk mendengarkan segala yang di ucapkan oleh papah dan mamah. Tetapi kenapa papah sama mamah tidak mau membalasnya dengan mendengarkan apa yang aku ucapkan?

Terjebak di dalam ruang ambisi orang tua sungguh tidak mengenakkan. Alih-alih aku terlahir dari darah pengusaha, aku dituntut untuk menggantikan papah dikursi berputar, dihadapkan dengan laptop dan kerja tanpa mengenal waktu siang dan malam.

Aku terlalu mencintai diriku yang berantakan, tidak seperti papah mamah yang selalu rapih dengan segala kemewahan. 

Papah selalu menawarkanku merk Gucci, tetapi aku lebih suka dengan kuas-kuasku di dalam laci.

Aku mencintai dunia melukis karena melukis adalah separuh kebahagiaanku. Dengan melukis aku bisa mengekspresikan apa saja yang aku rasakan. Ketika papah dan mamah melarangku melukis sama saja artinya dengan papah dan mamah telah merenggut separuh kebahagiaanku. 

Apakah papah dan mamah tidak pernah merasakan menjadi anak kecil seperti aku? Apakah papah dan mamah tidak pernah merasakan betapa cintanya terhadap satu bidang?

Lalu memang jika papah dan mamah pernah merasakannya, sanggupkah jika suatu hal yang papah dan mamah cintai itu aku renggut? Tentu tidak bukan?

Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua selalu bersikap demokratis. Mau mendengarkan apa yang dibicarakan anak, menghargai segala pendapatnya, dan mendorong anak untuk selalu berani mengutarakan apa yang diinginkannya. (Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi.

Karena terlalu banyak kesibukkan sampai-sampai papah dan mamah lupa bahwa aku butuh telinga mamah dan papah untuk bisa mendengarkan segala keluh kesahku, segala keinginanku, segala apa yang menimpaku. Mereka berangkat di saat aku masih tertidur, mereka pulangpun kondisiku dalam keadaan tertidur pula.

Ketika dihari libur seharusnya itu menjadi kesempatan emas bagiku tetapi nyatanya masih sibuk juga dengan urusan yang lain. Terkadang aku iri melihat keluarga lain yang sederhana tetapi memiliki ikatan hubungan keluarga yang harmonis, sedangkan aku memang untuk uang tidak ada kendala tetapi bukan uang yang sebenarnya dibutuhkan melainkan waktu yang diberikan oleh Papah dan mamahku. Mengapa sesulit ini ya bersanda gurau dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun