Mohon tunggu...
afdillah_chudiel
afdillah_chudiel Mohon Tunggu... -

Sosiolog, Penulis Buku: "Sekolah Dibubarkan Saja!" kunjungi : http://afdillahchudiel.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia “Negara Gunung Es di Khatulistiwa”

24 April 2016   13:59 Diperbarui: 24 April 2016   14:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca berita di Kompas on line yang mengutip pernyataan pimpinan KPK yang mengibaratkan suap di lingkungan PN Jakarta Pusat ibarat “Gunung Es“, saya langsung berimajinasi dan membayangkan seandainya Gunung Es itu memang ada di Indonesia dan itu jelas tidak mungkin.  

Analogi Gunung es sederhana saja, puncak gunung es yang terlihat di tengah lautan hanya sebagian kecil saja,  tetapi di bawah permukaan yang tidak tampak, ukurannya jauh lebih besar. Gunung Es ini biasanya hanya di jumpai di daerah kutup, akan tetapi di Indonesia yang terletak di wilayah katulistiwa Istilah Gunung Es juga sangat popular.  

Pertama kali saya mengenal istilah gunung es ini ketika meledaknya kasus HIV di awal tahun dua ribuan di Indonesia. Kampanye di berbagai penjuru tempat menggambarkan jumlah orang yang terinfeksi virus HIV di Indonesia seperti gunung es. Bahkan WHO memberikan estimasi 1:100, artinya di setiap 1 orang yang sudah terinfeksi, diperkirakan ada 100 orang yang belum terinfeksi di sekitar itu. Tentu ini akan menjadi masalah besar karena kita tidak tahu ciri-ciri fisik dari orang yang terinfiksi virus HIV, namun celakanya mereka bisa menularkan virus tersebut kepada kita yang punya perilaku berisiko sehingga jumlah orang yang terinfeksi akan terus bertambah.  

Seiring berjalannya waktu, istilah “gunung es” mulai terkenal di Indonesia dan digunakan oleh para ahli dan tokoh untuk mengambarkan berbagai peorsoalan di negeri khatulistiwa ini.

Sebut saja masalah kemiskinan yang juga seperti Gunung Es. Sampai sekarang angka statistic tentang kemiskinan selalu menjadi bahan perdebatan sehingga persoalan kemiskinana tidak kunjung selesai-selesai. Entah masalahnya dimana, mungkin saja penanganannya hanya menyentuh permasalahan di permukaan saja dan tidak menyentuh inti dari Gunung Es yang berada di bawah, seperti persoalan pangangguran, kurangnya lapangan kerja baru, pasar dikuasai oleh segelintir orang yang tidak berpihak pada kelompok marginal, rendahnya sumberdaya manusia yang berawal dari terbatasnya akses ke pendidikan yang mahal dan banyak lagi persoalan lainnya. Tetapi yang tampak hanya persoalan kemiskinan saja, padahal  persoalan yang tidak terlihat dan saling terkait di bawah sana jauh lebih besar dari yang pernah kita bayangkan. 

Gunung Es lainnya bernama penyalahguanaan narkoba yang saat ini ramai di perangi. BNN dan jajarannya setiap hari dilakukan penangkapan dan penggeledahan di berbagai tempat untuk menghentikan peredaran Narkoba tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi tetap saja barang Jahanam tersebut beredar di berbagai kalangan dengan berbagai bentuk dan hebatnya lagi, bentuk dan cara penyebarannya juga terus berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Selain masalah di atas, merujuk dari pernyataan Pimpinan KPK yang mengatakan Suap di lembaga penegak hukum seperti gunung es, kita bisa membayangkan bagaimana bobroknya negara ini karena sedemikian hebatnya kuropsi di negeri ini. Penegak hukum yang seharusnya menjadi pengawas saja sudah tidak bisa diharapkan, apalagi di kelompok-kelompok yang lain yang punya akses untuk malakukan korupsi seperti, politikus dan pejabat-pejabat pemerintah pengusaha dll. Jangan-jangan mereka semua sedang berenang-renang dibawah permukaan Gunung Es dan sedang berpesta pora di balik slogan kepentingan rakyat.

Tentu masih banyak lagi gunung-gunugn es di negeri ini yang mungkin tidak terlihat di permukaan , tetapi dia tersembunyi di bawah lautan Indonesia yang luas dan pada saatnya nanti tiba-tiba menampakkan diri ketika sudah menjadi masalah besar dan mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti intoleransi, konflik horizontal, terorisme, seperatisme dan lain sebagainya.

Ingatkah kita dengan tragedi Kapal Titanic yang di klaim sebagai kapal paling canggih di jamannya dan diyakini tidak akan dapat tenggelam, akan tetapi berakhir dengan tragis setelah menabrak gunung es?

Mungkin kita harus menunggu sampai waktunya datang dimana satu-persatu Gunung Es tersebut menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa ini.

Banyak pesan yang tersirat dibalik analogi Gunung Es tersebut bagi negara Indonesia yang berada di khatulistiwa ini, diantaranya terlalu banyak hal yang tersembunyi dan ditutup-tutupi. Transparansi dan akuntabilitas masih menjadi mimpi-mimpi kosong. Banyaknya Gunung Es juga menggambarkan ketidakjujuran atau kata lain dari kemunafikan dari orang-orang yang mencari keuntungan dengan menyembunyikan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun