Mohon tunggu...
Afandi HR
Afandi HR Mohon Tunggu... Administrasi - Bercerita dengan menulis

Orang biasa yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dari puncak ketinggian......

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pejuang Tanpa Angkat Senjata

26 Oktober 2016   21:33 Diperbarui: 26 Oktober 2016   22:26 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjadi seorang pejuang, tidak melulu harus berada di medan perang, mengacungkan parang dan menebas lawan. Menjadi pejuang itu sebenernya cukup sederhana. Lakukan apa yang menjadi tugas, tanggung jawab, dan profesimu sebaik mungkin, dengan penuh komitmen. Ya, cukup dengan itu, seseorang bisa menjadi pejuang. Pejuang untuk dirinya sendiri, untuk keluarga, untuk bangsa dan negara. Untuk kehidupan yang lebih baik.

Indonesia dengan segala kemajemukannya, tentu memberikan warna tersendiri. Berbagai suku, bahasa, budaya, pun dengan profesinya. Mulai dari kalangan pedagang kaki lima hingga pengusaha hotel bintang lima. Mulai dari petani hingga hakim negeri. Semua tentu sama-sama berjuang di bidangnya. Dan (semoga) termasuk saya. Saya berjuang melalui profesi saya. 

Saya adalah seorang karyawan dari sebuah perusahaan BUMN. Yang (katanya) adalah salah satu BUMN terbesar di negeri ini. Kalau saya menyebut logo perusahaan ini berbentuk petir ditambah aksen 3 garis bergelombang, apakah anda tahu nama perusahaannya?

PT PLN (Persero). Yap, ini nama perusahaan BUMN tempat saya bekerja. Lama waktu bekerja saya di PLN baru 4 tahun. Kalau kata orang, masih seumuran jagung. Masih panjang perjalanan saya untuk meniti karir di PLN. Dan semoga saya terus bisa memberikan yang terbaik dari apa yang saya miliki untuk perusahaan ini.

Menjadi seorang yang bekerja di PLN, mungkin tidak pernah terlintas dalam benak saya sebelumnya. Karena PLN pasti identik dengan setrum. Dan saya sangat takut dengan bahaya setrum. Saya berusaha untuk tidak berurusan dengan hal yang satu ini. Tapi kembali lagi pada sesuatu yang tidak bisa kita tolak, takdir. Justru akhirnya saya menjadi salah satu bagian dari para pejuang kelistrikan di negeri ini. 

Mungkin saya tidak perlu menceritakan panjang lebar bagaimana awalnya saya bisa bergabung menjadi bagian dari perusaahan ini. Tapi saya ingin berbagi sedikit cerita tentang pengalaman saya bekerja di PLN, walaupun usia kerja saya masih seumuran jagung. 

Awal perjalanan saya di PLN dimulai ketika saya menandatangani kontrak kerja untuk siap ditempatkan di seluruh wilayah kerja PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur. Kemudian mengikuti Diklat Prajabatan selama kurang lebih 3 bulan di Kota Bogor. Tidak hanya dibekali ilmu tentang kelistrikan, tapi juga ditempa fisik dan mental dengan kedisiplinan ala militer.

Dan setelah menjalani diklat prajabatan, kami kembali ke Jawa Timur untuk kemudian ditempatkan di unit kerja. Saat-saat penentuan unit kerja, adalah hal yang cukup mendebarkan bagi saya. Dalam hati berharap bisa mendapatkan penempatan kerja tidak jauh dari kota kelahiran, syukur-syukur bisa mendapatkan tempat di kota kelahiran. Tapi mungkin, Tuhan punya rencana yang lebih baik. 

Pulau Madura, adalah penempatan kerja saya. Dengan status masih siswa OJT (On Job Training), saya mulai langkah di PLN Rayon Bangkalan. Bekal yang saya dapat selama Diklat Prajabatan, saya coba terapkan sebisa mungkin. Tapi ternyata, apa yang saya dapat selama diklat prajabatan, terkadang bertolak belakang dengan kondisi sesungguhnya di lapangan. Hal paling sederhana misalnya, ketika ada pelanggan melaporkan padamnya listrik di rumahnya, kemudian petugas melakukan perbaikan, dan setelahnya pelanggan memberikan suguhan berupa air minum. Ketika diklat prajabatan, kami diajarkan bahwa tidak boleh menerima apapun dari pelanggan, karena itu termasuk suap atau bentuk gratifikasi. Tapi, ketika kami berada di lapangan, dengan kondisi seperti tadi, kemudian kami menolak pemberian dari pelanggan, meskipun hanya air putih, kami justru dianggap tidak menghargai pelanggan. Karena hal itu menjadi budaya, apalagi di wilayah pedesaan. Mau tidak mau, kami harus menghormati budaya. Tapi kami juga punya batasan, tentang apa yang boleh kami terima atau tidak. Uang misalnya, jelas kami tolak, bukan karena kami tidak butuh uang, tapi komitmen kami berusaha untuk menegakkan pelayanan tanpa suap.

Memang kelihatannya sepele, tapi itu baru satu contoh bahwa apa yang didapat selama diklat prajabatan bisa bertolak belakang dengan apa yang terjadi di lapangan. Masih untuk hal non-teknis, belum masuk ke hal-hal yang sifatnya teknis. Dari satu contoh tersebut, memberikan saya pelajaran bahwa kita harus siap dengan kondisi apapun di lapangan, dan tentunya tidak mengabaikan nilai komitmen dan integritas. 

Kurang lebih 3 bulan, saya mengabdi sekaligus menimba ilmu dan pengalaman di Rayon Bangkalan. Mulai dari penanganan gangguan dari sisi tegangan rendah, sampai tegangan menengah. Melakukan kegiatan preventif untuk mencegah terjadinya gangguan yang menyebabkan padamnya listrik. Berusaha secepat mungkin untuk bisa menormalkan aliran listrik ketika terjadi gangguan di sistem, tak peduli siang atau malam, kebahagiaan pelanggan bisa menikmati listrik menjadi prioritas. Tapi terkadang, ada saja yang tidak menghiraukan kerja keras kami, jangankan memberi support, ketika aliran listrik normal saja, masih terdengar caci maki untuk petugas PLN. Saya pribadi, di awal-awal masih sedikit ada rasa tidak terima ketika mendengar hal-hal negatif yang dilontarkan oleh pelanggan. Tapi lambat laun, saya mulai terbiasa dan bisa maklum dengan kondisi seperti itu, karena saya mencoba memposisikan diri sebagai pelanggan, yang ingin mendapatkan pasokan listrik tanpa ada kendala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun