Mohon tunggu...
Afandi HR
Afandi HR Mohon Tunggu... Administrasi - Bercerita dengan menulis

Orang biasa yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dari puncak ketinggian......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudahkah Pengalaman Menjadi Guru yang Baik?

14 Maret 2018   21:56 Diperbarui: 14 Maret 2018   21:56 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada pepatah mengatakan, "Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan". Semakin banyak pengalaman, seharusnya seseorang menjadi lebih 'berilmu', menjadi lebih 'matang' dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Pengalaman apa saja? Semuanya. 

Dari yang pahit, hingga yang manis. Dari yang mengenakkan, sampai yang tak mengenakkan. Karena memang seharusnya seorang manusia harus merasakan keduanya. Manis asam kehidupan. Harus seimbang. Karena jika kelebihan manis, bisa menyebabkan diabetes, dan jika terlalu sering pahit, bisa menyebabkan liver.

Memang benar, pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. Tetapi, sebaik apapun guru, kalau muridnya tidak bisa mengamalkan ilmu dari sang guru, sia-sia saja. Tak ada artinya meskipun bertahun-bertahun sang guru mengajari murid, tapi kalau si murid hanya bisa 'manggut-manggut' saja, tidak akan ada hasilnya. Karena memang sejatinya, ilmu yang didapat bisa diamalkan dan diaplikasikan di kehidupan.

Ukuran banyaknya pengalaman seoseorang tidaklah selalu dicerminkan dengan umur seseorang. Terkadang, umur lebih tua, tapi justru pengalaman tak sebanyak dengan seseorang yang berumur lebih muda.

Pengalaman bisa diibaratkan sebagai cahaya di tengah kegelapan bagi seseorang untuk dapat terus maju, menjalani kehidupan, untuk tetap berada di 'rel' yang benar, agar apa yang menjadi tujuan dalam hidup dapat tercapai.

Sungguh rugi, jika seseorang punya banyak pengalaman, tapi tidak diikuti dengan kualitas pribadinya. Pengalaman mengajarkan kepada seseorang untuk lebih siap menghadapi masa depan. Karena manusia tidak akan pernah bisa lepas dari salah dan khilaf. 

Pengalaman harusnya bisa menjadi 'amunisi' yang digunakan untuk bisa mengurangi kesalahan-kesalahan yang sudah pernah terjadi. Pernah melakukan kesalahan, tapi kemudian menyadarinya, lalu berusaha untuk tidak mengulanginya lagi, jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa karena takut melakukan kesalahan.

Karena untuk menjadi pribadi yang selalu terlihat sempurna dan tidak melakukan kesalahan, itu berat. Jangan lakukan. Biar Dilan saja....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun