Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Makanan Sisa Memang Sayang, Tapi Tolong Lebih Sayang Badan ya

2 Maret 2019   23:34 Diperbarui: 18 Januari 2020   10:57 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jum'at kemarin (01/03) sekitar pukul 14.30 aku keluar dari kolam renang langgananku. Harusnya aku selesai lebih awal, tapi saat aku sudah siap keluar, hujan datang begtu lebat. Akhirnya aku menunggu hingga tidak ada angin.

Aku berkendara dengan pelan, jalanan masih licin. Di perempatan jalan Wonosari KM 7,8 antrian kendaraan lumayan padat, akhirnya aku belokkan motor maticku ke warung Bakso & Mie Ayam yang berada di timur jalan -jaraknya dengan lampu lalu lintas tidak sampai 100 meter. Aku tidak begitu memperhatikan nama warungnya, yang jelas ada tulisan "Asli Wonogiri" dan seorang ibu-ibu penjual sedang membuatkan pesanan milik bapak dan anak gadisnya yang masih TK.

Saat aku memesan mie ayam, pesanan adik dan bapaknya sudah jadi. "saya duluan ya mbak" ucap bapak itu meminta izin padaku. Aku yang mengambil meja di pojok kiri meja mereka spontan menjawab "njih pak, monggo disekecaaken" sambil mengangguk-angguk dan tersenyum. Bapaknya sangat ramah.

Mieku datang dan percakapan terus mengalir. Kami saling melempar pertanyaan standar, rumahnya di mana? (rumahku)sebelah mananya pasar? tadi dari mana? dst. Sampai bapak itu nyeletuk "ini ibuknya dah gak ada mbak" sambil membelai jilbab merah yang membalut kepala anaknya. Aku tertegun, setelahnya aku lebih banyak mendengar kisah keluarga beliau, responku singkat, karena kuyakin banyak yang ingin beliau bagi.

Hingga bakso di kedua mangkok itu habis, mie ayamku masih setengah. Bapak itu pamit pulang mendahului. Karena hujan tinggal satu dua tetes, dua jas hujan yang sengaja digantung di motor tadi, dilipatnya. Adik itu lucu karena memaksa menggunakan helm sang bapak. Aku dan ibu penjual juga tersenyum lebar kepada keduanya "atos-atos (hati-hati di jalan) pak".

Setengah makanku jadi terngiang penyakit yang memisahkan suami-anak dengan istri dan ibunya itu. Tumor Jinak Rahang

Bapak itu bilang kalau istrinya meninggal saat anak mereka masih berusia empat tahun. Terbilang singkat bagiku, jika dihitung dari usia pernikahan yang mungkin berselang satu atau dua tahun dari usia adik ini. Jujur aku belum pernah berjumpa orang dengan gangguan kesehatan semacam itu. Sesampainya aku di rumah, kucoba mencari artikel terkait.

Berdasarkan kisah bapak tadi, penyebab / pemicu  ameloblastoma pada istrinya adalah kebiasaan sebagian ibu rumah tangga, ketika ada makanan -biasanya lauk- kemarin yang bersisa, merasa sayang jika dibuang. "dimakanlah.. eh ternyata malah sakit" begitulah kata beliau.

Jika demikian, bahaya serupa kemungkinan juga dapat terjadi kepada Anak Kos gais. Alih-alih efisiensi dompet, malah mempertaruhkan kesehatan, bahkan jiwa!! Jadi harus bagaimana? 

Beli / Masak Makanan Secukupnya

Sumber : t-nation.com
Sumber : t-nation.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun