Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tingkatkan Ketahanan Pangan dan Kembalikan Kelestarian Alam

12 Oktober 2015   14:49 Diperbarui: 12 Oktober 2015   19:15 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lahan pertanian warga di kawasan Bukit Sikunir, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (1/11/2014). Dieng menawarkan keindahan sekaligus ancaman, karena dataran tingginya terbentuk dari gunung berapi yang kini masih mengeluarkan gas. KOMPAS.com/FIKRIA HIDAYAT"][/caption]Saat ini, jumlah penduduk bumi mencapai angka 7,3 miliar jiwa. Sementara itu, sejak lama bumi sudah mulai kehilangan kemampuannya untuk menyediakan sumber daya alam. Pemicu utamanya adalah kerusakan lingkungan alam yang terjadi secara terus-menerus.

Beberapa contoh kerusakan lingkungan yang terjadi adalah peningkatan kadar karbon dioksida dalam atmosfer, lenyapnya unsur hara tanah, hingga pencemaran air. Semua itu adalah hal-hal yang menyebabkan penurunan kualitas serta kuantitas tanaman pangan. Bila saat ini saja kondisi bumi sudah sedemikian rupa, bisakah Anda membayangkan apa yang akan terjadi dalam kurun waktu 35 tahun mendatang?

Pelestarian lingkungan dan hutan dinilai efektif dalam upaya pencegahan kerusakan yang lebih besar. Bahkan, bila dilakukan secara kontinyu lalu ditingkatkan intensitasnya, langkah tersebut diyakini mampu mengembalikan kualitas alam. Jenis metodenya pun beragam, dimana salah satu diantaranya adalah pertanian berkelanjutan.

“Saya percaya bahwa pertanian berkelanjutan dan konservasi alam memiliki hubungan saling ketergantungan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu menjaga landskap berhutan di bagian hulu, sehingga selalu memberi suplai air untuk kebutuhan pertanian di bagian hilir, serta menjaga iklim mikro yang sangat sering dibutuhkan oleh pertanian. Selain itu, sebagai negara yang kaya akan biodiversity, seluruh masyarakat Indonesia perlu selalu melestarikannya, karena beberapa spesies dapat dikembangkan sebagai produk atau varitas pertanian di masa depan,” ujar Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra ketika diwawancara melalui surat elektronik yang diterima Kompasiana.

Kemudian, Ketut melanjutkan, “Konservasi alam hanya bisa dilakukan jika ancaman kerusakan hutan dari pertanian berkurang. Mendampingi petani dengan menerapkan pertanian berkelanjutan merupakan solusi yang tepat untuk hal ini. Sebaliknya, pertanian berkelanjutan hanya akan berhasil jika jasa lingkungan tersedia bagi tanaman seperti iklim mikro yang mendukung, air tersedia, tanah subur dan lainnya.”

Pertanian berkelanjutan tak akan mungkin bisa terlaksana tanpa andil dari para petani, pemerintah dan peneliti, juga pihak terkait lainnya. Sebab, pertanian berkelanjutan membutuhkan inovasi serta kreativitas dalam memproduksi tanaman pangan tanpa perlu merusak lingkungan. Salah satu inovasi teknologi yang mulai diterapkan sekaligus dikembangkan dalam sektor pertanian Indonesia adalah bioteknologi. Bioteknologi adalah teknologi pertanian yang memanfaatkan proses rekayasa genetika untuk menghasilkan sejumlah benih tanaman yang toleran terhadap hama, kekeringan, kondisi lingkungan ekstrem dan lain-lain.

“Hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, bioteknologi adalah salah satu jawaban untuk meningkatkan produktivitas lahan. Dengan peningkatan produktivitas ini, diharapkan perluasan lahan tidak lagi terjadi sehingga ancaman terhadap kerusakan hutan berkurang dan upaya konservasi kawasan hutan dapat dioptimalkan,” terang Ketut.

Setelah itu, ia menjelaskan sisi yang lainnya, “Kedua, Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati dan genetik yang berlimpah. Ancaman terhadap berkurangnya keanekaragaman hayati kemungkinan akan terjadi. Oleh karena itu, peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan sangat penting untuk mengantisipasi dampak negatif dari bioteknologi ini. Selain itu, penelitian atau riset harus terus dilakukan secara berkala dan strategis untuk menganalisa dampak positif dan negatif lainnya pada manusia dan alam sehingga outputnya bisa diterapkan untuk peningkatan kualitas pertanian.”

Selain terbukti mampu memperbanyak jumlah produksi pertanian hingga beberapa kali lipat, bioteknologi juga telah memberikan hasil nyata terhadap kelangsungan hidup masyarakat Indonesia dan juga lingkungan, termasuk area hutan lindung dan kawasan konservasi alam. Secara tak langsung, bioteknologi juga membantu meningkatkan taraf hidup para petani Indonesia. Para petani pun dapat menghemat biaya pengeluaran yang kerap digunakan untuk membeli pestisida. Penyedotan air dari jaringan irigasi, yang memakan biaya sekaligus mengancam ketersediaan air, dapat dikurangi.

“Lahan sekitar kawasan hutan akan lebih tepat jika dikembangkan agroforestry sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan ekologi secara bersamaan. Secara umum, hal lain yang bisa dilakukan adalah mengurangi penggunaan input eksternal dengan bahan kimia dan meningkatkan penggunaan bahan lokal organik seperti kompos, mulsa dan lainnya. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana pemerintah bisa benar-benar melindungi sistem tata air, sehingga selalu digunakan untuk kepentingan pertanian. Hal yang perlu dihindari adalah adanya kebijakan mengalihkan peruntukan suplai air untuk fungsi lain, sehingga tidak ada suplai air ke wilayah pertanian sehingga petani akan semakin sulit untuk berproduksi,” tambah Ketut.

Sebelum menyudahi sesi wawancara, Ketut menuturkan harapannya ke depan terhadap bioteknologi, “Menurut saya seluruh inovasi baru sebaiknya dilakukan uji coba dan penelitian yang mendalam sebelum disosialisasikan ke masyarakat luas. Selain itu, pemerintah juga harus melakukan pengawasan dan merumuskan kebijakan yang tepat pada setiap keputusan yang telah diambil termasuk untuk penggunaan bioteknologi ini.”

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun