Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ke Mana Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia?

1 Oktober 2018   14:27 Diperbarui: 2 Oktober 2018   09:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skema kejadian tsunami Palu-Donggala 2018 (https://maps.google.com/)

"Tidak seperti tanpa pelampung, sistem peringatan dini akan runtuh," katanya. “Kami akan tetap bertahan karena kami memiliki semua model ini, semua program-program ini, yang telah kami kerjakan.”

Besarnya gempa hari Jumat cukup kuat sehingga memicu peringatan tsunami otomatis untuk daerah Palu, berdasarkan pemodelan seismografi. Namun meski ada peringatan, warga Palu dan Donggala mengatakan mereka tidak diberi tanda, seperti sirene, tentang itu.

Sistem lain yang dapat membantu dengan peringatan dini tsunami, pengukur pasang surut yang terletak lebih dekat ke pantai, terbukti tidak berguna karena mereka telah diatur untuk menyediakan data setiap 15 menit, tidak diatur pada interval yang lebih sering.

Dalam kasus tsunami hari Jumat, tiga gelombang beruntun menghantam pantai dalam 11 menit setelah gempa bumi yang terjadi, kata pejabat meteorologi.

Pengukur terdekat ke lokasi tsunami Jumat mencatat hanya terjadi kenaikan 2,3 inci dalam ketinggian air padahal kenyataannya 20 kaki. Mr Sutopo, juru bicara lembaga bencana, mengatakan pada hari Senin bahwa gelombang terbesar mencapai puncak tiang listrik di Donggala.

“Anda dapat mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki peringatan tsunami,” kata Eko Yulianto, ahli tsunami di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. “Tapi kami adalah negara dengan banyak tsunami. Waktu emas sangat singkat, dan jika orang tidak disiagakan, maka mereka benar-benar akan memiliki risiko tinggi.”

Namun bahkan jika penduduk Sulawesi Tengah tahu dan berebut ke tempat yang lebih tinggi - baik dari ingatan kuat dari tsunami sebelumnya atau dari peringatan pemerintah - tidak ada jaringan tempat penampungan tsunami yang dibangun di pantai yang rentan bencana.

Adam Dean melaporkan dari Palu, Indonesia; Hannah Beech dari Bangkok; dan Richard C. Paddock dari Mamuju, Indonesia. Muktita Suhartono dan Restidia Putri memberikan laporan dari Jakarta, Indonesia, dan Fira Abdurachman dari Donggala, Indonesia.

Versi artikel ini muncul di cetak pada 2 Oktober 2018, di Halaman A1 edisi New York dengan judul: 'Nightmarish': Pulau dalam Kekacauan Setelah Tsunami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun