Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sekolah Kedokteran Kelas Dunia dari Kuba

22 Maret 2016   14:11 Diperbarui: 22 Maret 2016   19:31 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara global, kebutuhan untuk dokter sangat mendesak. Saat ini terdapat defisit tujuh juta dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya di negara berkembang - dan jumlah itu diperkirakan melonjak dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan. WHO memperingatkan bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, seperti mengurangi angka kematian ibu dan bayi, tidak akan tercapai tanpa tersedianya pekerja perawatan kesehatan dalam jumlah yang cukup.

Bahkan dengan semua pendanaan yang tersedia begitu banyak untuk kesehatan global saat ini, pelatihan profesional tetap menjadi salah satu kebutuhan yang paling sedikit mendapat perhatian. Sekolah-sekolah kesehatan yang dikelola serius sangat dibutuhkan dan diperlukan tingkat komitmen yang sangat tinggi untuk mewujudkannya. Kebanyakan bantuan asing saat ini ditujukan untuk mencapai hasil tertentu, seperti memerangi penyakit, menyediakan makanan darurat, atau mengurangi efek dari bencana alam atau krisis.

Model dari Kuba ini mengambil pendekatan yang berbeda secara fundamental, yaitu mengajarkan keterampilan esensial sehingga mereka dapat bertanggung jawab untuk hasil mereka sendiri.

ELAM dibuka pada tahun 1999 saat Badai Mitch yang menghancurkan Karibia dan Amerika Tengah berakhir. Idenya adalah untuk membantu menggantikan dokter yang telah hilang di negara-negara tetangga Kuba. Sejak itu, sekolah ini telah mendidik lebih dari 26.000 dokter dari 124 negara di seluruh dunia.

Dalam satu kelas laboratorium kecil, terdapat dua lusin siswa yang berasal dari Chad, Sierra Leone, Angola, Afrika Selatan, Kongo, Belize, dan New Jersey, AS. "Setiap kali kita belajar tentang epidemi, kita mendengar tentang hal itu dari pengalaman rekan-rekan sekelas yang mengalami langsung di lapangan," kata Agyeiwaa Weathers yang berasal dari Newark, AS. Misalnya, Sada Ly, seorang mahasiswa dari Conakry, Guinea, yang berbagi cerita tentang dampak dari kurangnya pekerja perawatan kesehatan di negaranya selama wabah Ebola tahun 2015. "Seluruh dunia melihat bahwa sistem kesehatan negara saya tidak mampu mangatasi kejadian tersebut," katanya.

ELAM menyediakan enam tahun pendidikan kedokteran, dibandingkan dengan empat tahun di sekolah kedokteran AS. Tahun-tahun akhir dihabiskan untuk belajar tentang kesehatan masyarakat, kedokteran tropis, dan fokus unik dari Kuba pada pencegahan. Dokter belajar untuk membuat diagnosa dengan mengetahui tentang kondisi kerja dan hidup pasien mereka, dan dengan berinteraksi, menyentuh, dan mendengarkan.

Tidak ada laptop di ruang kuliah ELAM. Tidak seperti sekolah kedokteran AS di mana sebagian besar pelatihan berlangsung di dalam kelas, mahasiswa kedokteran Kuba menghabiskan banyak waktu merawat pasien dan melakukan prosedur seperti memasukkan kateter, mengobati patah tulang, atau melahirkan bayi.

Pelatihan langsung di pekerjaan seperti itu sangat membantu ketika mereka kembali ke AS, kata Dr Susan Grossman, yang menjalankan program untuk dokter di Woodhull Medical Center di Brooklyn, AS, yang memiliki tiga lulusan ELAM. Pada saat dokter memulai residensi mereka, kata Grossman, mereka memiliki pengalaman klinis lebih banyak dibanding lulusan sekolah kedokteran dari Amerika.

Woodhull, sebuah rumah sakit umum yang mengkhususkan diri dalam perawatan kesehatan masyarakat yang berpusat pada pasien (patient-centered community care), terbukti sangat cocok bagi para lulusan ELAM. "Ketiga dokter residen ini sangat fokus pada pasien dan memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik," kata Grossman. "Saya tidak tahu apakah itu karena pelatihan mereka atau kepribadian mereka. Mereka memiliki pelatihan klinis yang sangat baik. "

Di Kuba, dokter belajar membuat diagnosis yang sebagian besar didasarkan pada pemeriksaan yang berfokus pada individu pasien (in-person examination), dan bisa sampai menghabiskan satu jam dengan pasien jika situasi menuntut hal itu. Mereka menggunakan darah dan tes radiologi untuk mengkonfirmasi diagnosis mereka. Banyak dokter AS terlatih dengan prinsip sebaliknya, mereka bergantung pada tes untuk membimbing diagnosis mereka.

"Di beberapa negara, teknologi telah menjadi pengganti pemikiran medis," kata Dr Enrique Beldarraín, seorang ahli epidemiologi dan sejarah kesehatan masyarakat di Pusat Nasional Ilmu Kedokteran Kuba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun