Mohon tunggu...
Adrian syah
Adrian syah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Fintech Belum Menjadi Solusi

12 November 2017   18:56 Diperbarui: 12 November 2017   19:03 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: /paynetics.digital/blog

Euforia Fintech begitu menggema di mana-mana. Berbagai seminar, conference, dan bahkan share artikel di whatsapp group sekarang ramai membahas tentang inovasi ini. Fintech atau penulis lebih suka menyebutnya digital lending digadang-gadang akan "mengganggu" eksistensi bank. Namun apakah betul pandangan tersebut?

Fintech dapat dikatakan banking versi digital, tidak dibutuhkan cabang fisik dan ribuan pegawai untuk dapat memiliki sebuah bisnis bernama Fintech. Jika melihat keunggulan tadi, seharusnya biaya operasional Fintech jauh lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Namun, pertanyaan yg menggelitik adalah mengapa bunga yg ditawarkan oleh Fintech masih sama dan bahkan ada yg jauh lebih tinggi dibandingkan bank konvensional?

Berdasarkan penelurusan penulis di beberapa website Fintech, rata-rata bunga pinjaman berkisar di atas 12% per tahun, bahkan ada yg bisa mencapai 30% per bulan! Sungguh margin profit yg menggiurkan!

Apakah profit tinggi dilarang? Tidak. Namun, pertanyaan selanjutnya, jadi sebenarnya apakah competitive edge sebuah Fintech dibandingkan bank dan rentenir? Jika hanya sebatas akses pinjaman melalui smartphone/website, bank-bank besar di Indonesia (dengan struktur modal triliunan rupiah) dapat dengan mudahnya membangun sendiri ekosistem digital bankingnya sendiri. Jadi, jangan harap Fintech dapat menggusur eksistensi bank sebagai sebuah lembaga intermediasi.

Fintech seharusnya mampu mengambil celah suku bunga rendah (<10%) untuk dapat "mengganggu" market share bank. Apalagi tahun depan pemerintah sudah berencana menurunkan suku bunga KUR menjadi 7%. Fintech seharusnya hadir di sini menjadi mitra pemerintah untuk meningkatkan gairah ekonomi melalui suku bunga rendah, apalagi mengingat biaya operasional (overhead cost) Fintech jauh lebih rendah.

Oleh karena itulah, penulis merasa kehadiran Fintech saat ini belum sepenuhnya menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kehadiran Fintech saat ini hanya memberikan angin segar kepada para calon debitur yg belum bankable untuk mendapatkan pinjaman, namun belum menyentuh esensi sebenarnya dari pemerataan ekonomi. Penulis sangat mendambakan kemunculan Fintech yg mampu memberikan terobosan dalam hal pemberian pinjaman dengan bunga rendah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun