Mohon tunggu...
Adrianus Marsel
Adrianus Marsel Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Barat. Senang berkreasi dan percaya akan sebuah keajaiban...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Langkah Menumbuhkan Kreatifitas Siswa

29 Januari 2015   22:55 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422521635269297010

[caption id="attachment_348559" align="aligncenter" width="300" caption="www.gopixpic.com"][/caption]

Beberapa minggu yang lalu, sebagai salah satu pendidik di jenjang menengah atas saya mendapati fenomena siswa yang memplagiat tugas siswa lain atau bahkan memplagiat hasil tulisan orang lain dari media sosial melalui google.com dan lain sebagainya sebagai tugas mereka. Hal itu terjadi ketika saya memeriksa hasil tulisan tangan siswa sebagai tugas akhir pada akhir pembelajaran.

Fenomena ini mungkin saja tidak begitu aneh ketika berada di bangku kuliah atau mungkin saja sudah pernah dialami hampir setiap dosen di perguruan tinggi. Atau sudah tidak asing lagi bagi sebagian guru. Namun, akan asing bagi guru yang mengampu pelajaran eksak seperti matematika, fisika, kimia dan lain-lainnya karena tugas yang diberikan sudah pasti kebanyakan bukan hasil penalaran siswa namun angka pasti.

Dan sebenarnya, fenomena ini sudah lama saya temui beberapa bulan belakangan namun tidak begitu banyak. Artinya hanya sebagian siswa saja. Itupun pada siswa-siswa tertentu. Dapat kita maklumi.

Namun saat ini kebiasaan itu mulai merambah hampir ke sebagian siswa. Jika dikalkulasikan dengan persentase maka hampir mencapai 70% siswa melakukan hal tersebut. Maka kebiasaan ini lah yang saya katakan sebagai sebuah fenomena. Fenomena siswa yang tidak kreatif untuk menciptakan sesuatu dari hasil pemikiran mereka sendiri. Fenomena yang bisa menjadi kebiasaan buruk di kemudian hari.

Seperti apa fenomena itu.

Fenomena itu muncul ketika saya memberikan tugas dalam bentuk karangan atau dengan kata lainnya mengarang. Waktu itu setelah memberi materi pembelajaran mengenai dongeng, saya meminta siswa untuk mencari dongeng dengan judul Bunga Batu karena dari beberapa dongeng yang mereka ceritakan di depan kelas hanya cerita itulah yang tidak dapat mereka ceritakan. Kemudian saya meminta siswa untuk menuliskan kembali cerita tersebut dengan bahasa mereka sendiri. Dan itu saya ingatkan berulang-ulang dengan batas waktu pengumpulan tugas kurang lebih 1 minggu.

Namun ketika tugas itu dikumpulkan, alhasil hampir sebagian bahkan lebih yang mengumpulkan tugas tersebut dengan isi cerita yang sama bahkan ada yang jenis dan format tulisan sama walaupun tugas itu tidak mengunakan komputer (tulis tangan). Kemudian setelah saya menelusuri cerita itu melalui google.com maka apa yang saya temukan sama percis dengan apa yang para siswa kerjakan. Nah, inilah yang saya sebut dengan fenomena plagiat. Menuliskan kembali tulisan orang lain tanpa membubuhkan nama penulis dan atau sumbernya. Dan ini terjadi di bangku SMA.

Apa yang bisa kita (guru) lakukan?

Hati saya terasa teriris ketika melihat fenomena ini. Begitu tidak kreatifnya siswa. Hal yang tidak bisa saya bayangkan jika fenomena ini menyebar dan terbawa hingga di kemudian hari dari bangku kuliah hingga ke jenjang pekerjaan. Untuk memotong mata rantai itu maka saya melakukan beberapa langkah di antaranya adalah sebagai berikut:

Yang pertama, tugas itu saya kembalikan kemudian meminta siswa untuk mengerjakannya lagi sesuai dengan yang diminta sebelumnya yaitu menceritakan kembali dengan cara membaca berulang-ulang. Setelah itu saya meminta siswa menulis apa yang ada di dalam benak mereka. Apapun itu tuliskan saja. Tanpa lupa mengingatkan siswa untuk tidak mengerjakan tugas karena tuntutan nilai tetapi untuk belajar bagaimana memahami cerita itu. Jangan takut salah jika itu hasil kerjaan sendiri. Seperti itulah penegasan yang saya berikan sebagai motivasi untuk para siswa.

Untuk batas waktu pengumpulan saya sesuaikan dengan permintaan siswa yaitu 2 minggu. Sebenarnya permintaan siswa bukanlah 2 minggu melainkan ada yang 1 bulan, dll namun karena apa yang saya tugaskan sudah pernah saya lakukan maka tolak ukur untuk waktu, saya gunakan waktu yang pernah saya lakukan. Untuk menceritakan kembali sebuah dongeng tidaklah membutuhkan waktu yang lama, 1 minggu saya rasa cukup atau bahkan 3 hari juga bisa namun karena untuk ukuran siswa SMA maka saya beri dispensasi menjadi 2 minggu. Dan hasilnya, apa yang saya minta dikerjakan sesuai dengan apa yang saya inginkan tanpa ada plagiat atau menjiplak tulisan temannya satu sama lain. Ternyata mereka butuh motivasi dan keleluasaan waktu.

Jika melihat hal demikian saya jadi teringat dengan beberapa guru yang mengharapkan pekerjaan siswa harus dilakukan sesuai dengan perintah. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka siswa tidak akan mendapatkan nilai yang baik. Kemudian dengan waktu yang super irit. Nah, penegasan untuk mendapatkan nilai baik dan batas waktu seperti inilah kadang membuat siswa berpikir praktis, instan serta asal-asalan tanpa berpikir apakah kerjaan mereka itu baik atau tidak yang penting tugas dapat mereka kumpulkan di depan guru dengan tepat waktu. Penilaian itu berarti bukan pada hasilnya tetapi pada karakter tepat waktunya.

Untuk mengantisipasi beberapa hal di atas, saya berpikir bahwa dalam pemberian tugas pada siswa sebaiknya diiringi dengan motivasi agar mengerjakan tugas atas kerja keras sendiri, berusaha untuk mengerjakan tugas itu dengan pikiran sendiri tanpa harus mencontoh tulisan teman atau orang lain dan tanpa harus takut salah karena dari kesalahan lah maka kita bisa menjadi berhasil.

Selanjutnya, dalam pemberian tugas ada baiknya guru memberikan keleluasaan waktu kepada siswa. Bila perlu menawarkan terlebih dahulu batas waktu sesuai dengan permintaan mereka. Dengan memberikan waktu kepada siswa maka hal tersebut bisa menjadi komitmen bersama terhadap tugas yang diberikan.

Hal yang kedua saya lakukan adalah memberikan contoh bagaimana menjadi siswa yang kreatif dalam mengerjakan tugas walau dengan melihat tulisan orang lain sebagai contoh yang ada. Yaitu dengan mengganti kata yang sama dan mencari sinonim dari kata atau kalimat yang sudah ada. Contoh, jika sebuah dongeng itu diawali dengan “Pada suatu hari, ....” maka cobalah mencari sinonim dari kalimat pada suatu hari misalnya diganti dengan “Puluhan tahun yang lalu, ...” dan lain sebagainya. Contoh yang kreatif, akan membuat kerjaan juga akan kreatif. Dengan memberikan contoh yang mudah maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang mesti mereka lakukan. Maka langkah kedua ini saya namai dengan contoh sederhana namun kreatif.

Yang terakhir adalah memberikan tugas dengan beberapa pilihan tema pada tugas itu. Sebagai contoh jika kita mengharapkan tugas dari penalaran siswa untuk bercerita, mungkin saja dengan beberapa tema dan bahkan judul yang bervariasi atau berbeda membuat siswa lebih leluasa berpikir tanpa harus mengandalkan pikiran orang lain. Mereka akan lebih mudah mendapat ide berpikir jika terdapat beberapa tema dan judul bervariasi. Jika para siswa mengalami kesulitan berpikir pada tema atau judul yang dipilih maka mereka bisa beralih ke tema atau judul yang lain.

Beberapa tugas yang diberikan oleh seorang guru diakhir pembelajaran adalah sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan namun bagaimana kita bisa mengukur kemampuan siswa jika hasil atau tugas yang diberikan tidak dikerjakan dari dirinya sendiri melainkan dari buah pikir orang lain. Semakin banyak guru kreatif mengembangkan kemampuannya dalam memberikan motivasi pada siswa maka semakin kreatif pula generasi muda tanpa ada kata plagiat. Semoga.

Senakin, 28 Januari 2015. Pukul 22.50

#Adrianus Marsel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun