Mohon tunggu...
Adrianus Suryanto
Adrianus Suryanto Mohon Tunggu... -

Action locally, think globally \r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature

Alam Mengamuk, What Went Wrong??

13 Desember 2010   06:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:46 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir akhir ini media masa baik elektronik maupun non-elektronik hampir didominasi dengan pemberitaan bagaiamana cuaca yang sangat extrim terjadi di mana mana. Banjir bandang misalnya, angin puting beliung  dan longsor  seketika terjadi dengan begitu cepat. Hampir pasti tidak ada tempat yang aman dan terluput dari amukan alam. Seakan alam ini sampai pada titik akhir kesabaran, ia gusar dan marah membuat Semua orang  dengan penuh ketakutan lari mengungsi mencari  tempat perlindungan. Alam tidak lagi bershabat dengan kita dan bukan lagi menjadi rumah yang nyaman untuk kita huni.Ya memang benar demikian situasinya.

[caption id="attachment_106703" align="alignright" width="500" caption="Gambar; dari goole"][/caption]

Kenyataan  bahwa Indonseia hanyalah mempunyai dua iklim musim yang  lebih disebabkan oleh arah tiupan angin. Angin musim barat daya yang sering kita sebut sebagai Muson Barat dan angin musim timur laut atau biasa disebut dengan Muson Timur. Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan atau penghujan (Rainy Monsoon). Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering atau kemarau (Dry Monsoon).

Nah hari ini sering kita lihat adanya keadan cuaca yang  amburadul/tidak tentu di hampir seluruh nusantara.Di sebagian wilayah kita bisa melihat adanya kebakaran  oleh  karena terjadinya peningkatan suhu yang melebihi ambang batas normal. Sementara secara bersaman juga  di sebagian wilayah kita menyaksikan Para petani harus dengan susah payah dalam mengeringkan hasil panennya,ribuan rumah terendam banjir bandang,orang orang  tidak bisa ke mana mana karena jalan terputus oleh karena peningkatan curah hujan yang tidak lazim.

Keadaan seperti ini tentu akan sangat mengkwatirkan, kalau ini akan terus berlanjut dan terus. Dan tentu saja akan mengancam kehidupan kita di dunia ini. Semua orang bertanya tanya bagaiman ini bisa terjadi? Apakah ini yang namanya efek dari global warming? Ataukah ini sebuah tanda dunia ini akan berakhir? dan tentu  saja masih banyak pertanyaan lain yang kemudian lahir dari benak kita masing masing, yang  merupakan bentuk dari ungkapan ketidakberdayan kita sebagai manusia  yang pada kodratnya rapuh ketika harus berhadapan dengan kekuatan yang berada di luar diri kita.

Kalu demikan realitanya lantas apa yang menyebakan semua ini bisa terjadi. Sipakah yang harus bertanggung jawab. Apakah benar kita harus mengatakan ini adalah sebuah isyarat akan datangnya hari kiamat (a doomsday). Rasanya terlalu naif kita sebagai negeri yang beragama mengungkapkan hal demikan.Jelasnya semua yang terjadi pastilah punya sebab musabab.

Alam ini punya hukum tersendiri yang tidak bisa kita bantah. Ada asap tentu ada api, ada akaibat tentu ada sebab. Manusia menjaga alam maka alampun menjaga kita, demikianpun sebaliknya. Begitulah hukum alam memiliki ciri tersendiri.

Kasus sperti ini semestinya bukanlah sebuah persoalan yang hanya dilihat dari segi yang tampak secara khasat mata, Yakni pergantian musim yang amburadul, perubahan cuaca yang seketika ganas, menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan, tetapi  lebih merupakan masalah hubungan yang sangat mendalam antara manusia denagn Tuhan,manusia dengan alam dan manusia dengan sesamanya.

Dr.Loren Bagus OFM pernah mengulas ini dalam tulisannya yang berjudul Ekologi dalam konteks triade relasi. Membahas masalah ekologi yang merupakan sebuah fenomena yang mengungkapakan segi yang terdalam dari kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Relasi antar manusia dengan Tuhan, manusia itu sendiri dan alama sekitarnya.

Fakata bahwa cuaca semakin tak menentu dan semakin mengganas  menyebabkan kehancuran baik materi maupun nonmatri. Jelas menujukan bahwa terjadi kesalahan dan ketidakharmonisan hubungan, baik secara vertikal; antara manusia itu sendiri dengan Tuhan  dan secara horizontal; antara manusia dengan alam sekitarnya. Keharmonisan yang sejak lama terpelihara dengan baik pada akhirnya harus ternoda oleh karena terjadi kegoisan, keserakahan dan kerakusan manusia dalam mengekploitasi alam.

Alam sebenarnya sejak zaman dahulu merupakan musuh dalam selimut, ia adalah teman baik kita tetapi sekligus merupakan musuh yang paling menakutkan. Itulah kenapa nenek moyang kita terdahulu menyebut alam ini penuh dengan jin, karena itu perlu diberi penghormatan dengan melakukan banyak sesajian di tempat-tempat serem seperti rawa rawa, pepohonan besar dan bebatuan besar, karean dipercaya di situ adalah tempat penghunian mereka dan sangat disarankan untuk tidak lewat di sana pada tengah dan sore hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun