Mohon tunggu...
Ryani
Ryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UNIKA St. Paulus Ruteng

Ryani, gadis kelahiran 2002. Penulis berasal dari Flores, Manggarai Barat. Sekarang berdomisili di Ruteng . Sangat menyukai sastra dan pecandu kopi. Penulis sekarang menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonsesia Santu Paulus Ruteng, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertentangan Kelas Sosial dalam Cerpen Jejak Tanah Karya Danarto (Kajian Sastra Marxis)

26 Mei 2022   00:07 Diperbarui: 31 Mei 2022   08:52 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERTENTANGAN KELAS SOSIAL DALAM CERPEN JEJAK TANAH KARYA DANARTO

(KAJIAN SASTRA MARXIS)

 

PENDAHULUAN

Cerpen atau cerita pendek merupakan prosa fiksi yang menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Cerpen (fiksi) juga merupakan hasil kontruksi pemikiran manusia terhadap realitas (masyarakat) yang dinarasikan secara imajinatif.  Realitas dalam cerpen tentu tidak otomatis sama persis dengan masyarakat. Tidak pula melenceng jauh dari realitas kehidupan manusia. Ada kolaborasi, pemikiran, dan refleksi pengarang terhadap realitas yang jika dimaknai diindikasikan tidak netral. Pengarang memiliki motif dan tujuan kepada pembaca (masyarakat) melalui narasi fiksi tersebut. Motif pengarang yang terdapat dalam teks cerpen di antaranya dipengarahui latar belakang pengarangnya. Latar belakang tersebut antara lain pendidikan, lingkungan geografis, ekonomi, dan aktivitas sosial pengarang. Aktivitas sosial pengarang diindikasikan memiliki hubungan positif dengan hasil karyanya, termasuk merepresentasikan kelas sosial pengarang. Ada tokoh-tokoh, penokohan, karakter, latar, alur, waktu, sudut pandang, dan kelas sosial yang diciptakan pengarang secara metaforik dalam cerpen. Salah satu cerpen yang memuat pertentangan dan representasi kelas sosial (tokoh-tokoh) adalah “Jejak Tanah” karya Danarto.

Cerpen yang dimuat dalam buku kumpulan cerpen pilihan kompas 2002 itu sarat muatan konflik antar kelas sosial. Walaupun ceritanya yang bertema supernatural, tetapi sesungguhnya itu adalah modifikasi dari dunia nyata. Dalam cerpen Jejak Tanah ini menceritakan tentang jenazah yang tidak bisa di kubur, karena ketika hidupnya dia seorang yang kerjanya membebaskan tanah dari rakyat. Di sini masalah sosialnya diuangkapkan secara surealitas.

Cerpen “Jejak Tanah” karya Danarto ini mengambil tema yang sueralitas atau supernatural. Dalam dunia kesusastraan, aliran ini memang dikenal. Karya-karya sastra yang ditulis oleh Edgar Alan Poe, misalnya, sangat digemari oleh pecinta sastra di dunia ini. Di Indonesia, cerita pendek-cerita pendek Riyono Pratikto, dan kemudian dilanjutkan oleh Danarto pada cerpen “Jejak Tanah” dan karya-karya Putu Wijaya, memberikan warna surealistis dan supernatural bagi ke susastraan kita.

Tema supernatural yang terdapat pada cerpen ini disajikan untuk menceritakan masalh-masalah melampau akal sehat yang terjadi di masyarakat. Maka, konflik-konflik sosial diceritakan dalam bungkus yang surealistis, sehingga pesan ketidakadilan yang mau diucapkan bisa sampai, tapi kejadiannya tidak dibaca secara telanjang karena bisa menimbulkan kepedihan. Misalnya tentang perampasan-perampasan tanah yang terjadi dalam dunia nyata di mana anak-anak kecil dan perempuan juga dipukuli oleh preman-preman, dan rumah gubuk mereka dan alat-alat dapur satu-satunya yang mereka miliki diporak-porandakan tanpa me ngenal rasa kasihan. Danarto lalu menampilkannya dengan membuat mayat si penggusur terbang melayang kembali ke rumahnya setiap dia dikuburkan. Sehingga cerpen ini sangat menarik dan fantastis.

Cerpen Jejak Tanah karya Danarto adalah Cerpen Pilihan Kompas 2002 yang di dalamnya terdapat suatu tindak kejahatan perdata. Yaitu permasalahan tentang jual beli, tindak perdata yang mana menunjukkan suatu penyimpangan dalam jual beli tanah. Dalam cerpen ini memuat tokoh-tokoh imajiner yang dikontruksikan mirip dengan realitas sesungguhnya. Tokoh-tokoh yang mewakili kelas bawah adalah rakyat miskin dan tokoh ayah yang bisnis Real-estate adalah kelas atas atau dominan. Kedudukan kedua kelas ini sangat terlihat, ketika Si pemilik modal yang melakukan praktik bisnis real-estate pada rakyat-rakyat miskin. Pada kontes inilah cerpen ini menarik untuk diteliti lebih mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pertentangan dan kesadaran kelas sosial yang terdapat dalam cerpen “Jejak Tanah” karya Danarto. Cerpen ini menarik diteliti selain argumentasi-argumentasi yang telah disebutkan, objek penelitian ini relatif baru, cerpen ini juga memuat pertentangan kelas sosial. Selain itu, sepanjang yang penulis ketahui, berdasarkan penelusuran referensi di jurnal doaj.org dan di internet, penelitian terkait cerpen “Jejak Tanah” dengan pendekatan sastra Marxis, belum ditemukan. Beberapa penelitian yang relevan dengan menggunakan pendekatan sastra Marxis adalah (1) Fajrul Falah (2017), mengkaji novel Matinya Sang Penguasa dengan pendekatan sastra Marxis. Fokus penelitian ini mengungkapkan aspek-aspek sosial, ideologi, dan kelas sosial pengarang yang ada dalam novel. Hasil riset menunjukkan, kesenjangan kelas mengakibatkan konflik antara kelas atas dan bawah. Kelas atas direpresentasikan Walidesa (penguasa), sedangkan kelas subordinat (bawah) adalah rakyat. Posisi ideologi pengarang dalam novel, cenderung berada di pihak kelas bawah. Penulis akan mengkaji “Jejak Tanah” untuk mengungkapkan pertentangan dan kesadaran kelas sosial melalui tokoh-tokoh cerpen. Penelitian ini masuk ranah sosiologi sastra Marxis.

Menurut Marx ada dua struktur kelas sosial masyarakat, yakni kelas atas dan bawah. Pembagian dan penentuan kelas tersebut didasarkan pada penguasaan dan kegiatan produksi. Kelas atas adalah mereka yang memiliki sarana dan alat-alat produksi, sedangkan kelas bawah tidak memiliki sarana tersebut. Perbedaan kelas ini kemudian memunculkan istilah kelas yang berlawanan seperti bojuis dengan proletar, bos dengan pelayan (anak buah), penguasa dengan rakyat. Muara utama adanya klasifikasi kelas bahkan memunculkan konflik adalah faktor ekonomi. Hal ini karena kegiatan manunia yang utama ialah kegiatan ekonomi. Ekonomi yang dimaksud dalam konteks ini, yang terkait materi seperti minum, makan, pakaian, dan tempat tinggal. Kemudian manusia mulai berpikir; ilmu pengetahuan, politik, agama, seni dan sebagainya (Lihat Jones, 2009: 77; Faruk, 2010; 7; Kurniawan, 2012; 40-42).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun