Ketiga, Ngabuburit Bersama
Aturan menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan lain sebagainya mungkin bisa saja kita usahakan, namun tentunya pihak penyelenggara ataupun panitia serta pihak terkait lainnya tidak ingin mengambil risiko besar. Jika pun ada kerumuman pihak berwajib akan turun menertibkan.
Sama seperti sebelumnya kebanyakan kajian dan diskusi akan dipindahkan pada platform daring. Jika pun ada yang dilakukan secara offline tentu rasanya akan berbeda di tengah pandemi.
Kita pasti merindukan pengajian yang penuh di bulan Ramadan, semua lapisan masyarakat berbondong-bondong juga membeli takjil di pusat penjualan ataupun memenuhi pusat-pusat keagamaan demi mendengarkan ceramah ustadz-ustadz kondang dan kenamaan.
Keempat, Malam Takbiran
Riuh rendah suara takbir, tahmid, dan tahlil menyeruak memenuhi seluruh penjuru kota dan kampung-kampung. Suasana bahagia menyambut hari kemenangan seakan tidak surut akan gelapnya malam bahkan sampai hari Idul Fitri.
Di malam takbiran biasanya akan ada pawai dan konvoi dan iring-iringan kendaraan, di samping itu juga pelantang dari seluruh penjuru masjid pun bersahut-sahutan.
Bagi para perantau ini momen yang mengharukan sekaligus membahagiakan, bagi mereka yang bisa pulang ke kampung halaman tentu dapat mengobati kerinduan, bagi yang masih di perantauan harus sabar menahan rindu karena keterbatasan.
Di tengah pandemi ini tentu pemerintah menghimbau kita tidak berkumpul dan berkonvoi untuk mengikuti malam takbiran cukup dari rumah ataupun masjid, musala dan surau saja sudah cukup demi menyemarakkan hari kemenangan yang akan datang dengan protokol kesehatan yang aman.